TRIBUNNEWS.COM - Israel menemukan kasus radang jantung atau miokarditis pada beberapa penerima vaksin virus corona (COVID-19) Pfizer-BioNTech.
Kementerian Kesehatan Israel pada Minggu (25/4/2021) mengatakan, pihaknya kini sedang memeriksa temuan yang diduga efek samping vaksin Pfizer tersebut.
Adapun menurut keterangan koordinator respons pandemi Israel, Nachman Ash, studi pendahuluan menunjukkan puluhan kasus miokarditis terjadi di antara lebih dari 5 juta orang yang divaksinasi.
Sebagian besar kasus dilaporkan terjadi terutama setalah suntik vaksin dosis kedua pada orang hingga usia 30 tahun.
Ash mengatakan, tidak jelas apakah temuan yang cukup tinggi itu terkait dengan vaksin Pfizer atau tidak.
"Kementerian kesehatan saat ini sedang memeriksa apakah ada kelebihan morbiditas (tingkat penyakit) dan apakah itu dapat dikaitkan dengan vaksin," kata Ash dikutip dari Channel News Asia.
Ash yang berbicara tentang masalah tersebut dalam konferensi pers lewat radio, menyebutnya sebagai 'tanda tanya'.
Baca juga: Vaksin Pfizer Palsu Yang Disita di Meksiko dan Polandia Berisi Air Suling Hingga Cairan Anti Keriput
Baca juga: Stok Vaksin Covid-19 Tambah lagi, Malam Ini Indonesia Kedatangan Vaksin AstraZeneca
Ash juga menekankan bahwa Kementerian Kesehatan belum menarik kesimpulan apa pun.
Menentukan kesimpulan, kata Ash, akan sulit karena miokarditis adalah suatu kondisi yang sering hilang tanpa komplikasi.
Miokarditis bisa disebabkan oleh berbagai virus dan kasus serupa yang dilaporkan pada tahun-tahun sebelumnya, lanjut Ash.
Sementara itu, pihak Pfizer mengatakan belum mengamati tingkat kondisi yang lebih tinggi dari yang biasanya diharapkan pada populasi umum.
Namun, Pfizer secara teratur telah melakukan kontak dengan Kementerian Kesehatan Israel untuk meninjau data tentang vaksinnya.
Perusahaan farmasi asal Amerika itu mengatakan, pihaknya mengetahui pengamatan Israel terhadap miokarditis yang terjadi terutama pada populasi pria muda yang menerima vaksin Pfizer.
"Kejadian buruk ditinjau secara teratur dan menyeluruh dan kami belum mengamati tingkat yang lebih tinggi dari miokarditis daripada yang diharapkan pada populasi umum."