Jumlah ini hampir 97 persen lebih sedikit dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Demikian angka yang dirilis oleh Asosiasi Importir Mobil di Lebanon.
Krisis ekonomi dimulai sejak akhir 2019 telah menjerumuskan lebih dari separuh penduduk Lebanon ke dalam kemiskinan.
Mohammad mengatakan, pembeli potensial Lebanon akan ditawarkan kesempatan untuk membayar setengah dari mobil listrik baru dalam dolar.
Sisanya dibayar dalam pound Lebanon dengan nilai tukar yang lebih baik daripada pasar gelap, untuk dibayar selama lima tahun tanpa bunga.
Lebanon juga bergantung pada bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik, yang sudah tidak mencukupi untuk populasi sekitar enam juta yang mengalami pemadaman listrik setiap hari.
Untuk menggerakkan mobil listrik barunya, perusahaan berencana mendirikan sekitar 100 stasiun pengisian ulang di seluruh negeri yang terhubung ke generator.
Baca juga: Harga Makanan Makin Naik, Lebanon Hadapi Ramadan yang Sulit di Tengah Krisis Ekonomi
Baca juga: Dubes Ngurah Ardiyasa Lepas Keberangkatan KRI Sultan Iskandar Muda untuk Misi Perdamaian di Lebanon
Analis energi independen Jessica Obeid menyambut baik inovasi tersebut, tetapi kendaraan hanya akan ramah lingkungan jika sektor tenaga mengalami reformasi yang serius.
"Sektor energi adalah penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca Lebanon dan sudah di bawah tekanan karena kekurangan dolar untuk mengimpor bahan bakar," katanya kepada kantor berita AFP.
"Jika kendaraan listrik memiliki stasiun pengisian tenaga surya, maka ini akan menjadi langkah yang tepat," tambahnya.
Berita lain terkait Krisis Ekonomi Lebanon
Berita lain terkait Mobil Listrik
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)