News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Krisis Myanmar

3 Bulan Kudeta Militer Myanmar, Terjadi 11 Ledakan selama 36 Jam

Penulis: Rica Agustina
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Demonstran antikudeta militer Myanmar - Sejumlah ledakan terjadi di Myanmar, di antaranya di fasilitas militer dan pemerintah hingga di luar rumah seorang pengusaha terkemuka.

Satu orang juga tewas di kota pertambangan giok utara Hpakant, Grup Berita Kachin melaporkan.

Reuters tidak dapat memverifikasi laporan tersebut, dan juru bicara junta juga enggan menjawab panggilan saat dimintai komentar.

Namun, pada April 2021 lalu, militer mengakui bahwa 248 demonstran telah terbunuh oleh pasukannya, dan mengatakan mereka dibunuh setelah memulai kekerasan terlebih dahulu.

Lain halnya dengan pengakuan pihak junta, Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan, pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 759 pengunjuk rasa sejak kudeta.

Tak hanya itu, akibat krisis yang melanda Myanmar, menurut prakiraan PBB, ribuan warga sipil telah mengungsi.

Program Pembangunan PBB memperingatkan, protes dan kampanye pembangkangan sipil telah melumpuhkan ekonomi dan meningkatkan kemungkinan 25 juta orang jatuh ke dalam kemiskinan.

Revolusi Musim Semi Myanmar

Aksi protes di sejumlah wilayah di Myanmar dilaporkan telah berkurang, karena beberapa aktivis ditahan oleh pasukan keamanan.

Baca juga: Militer dan Milisi Berperang, Ribuan Penduduk Myanmar Melarikan Diri ke Thailand

Namun demikian, demonstran antikudeta masih mendapatkan dukungan dari komunitas antikudeta Myanmar di seluruh dunia.

Pihak penyelenggara komunitas antikudeta Myanmar menggemakan 'Revolusi Musim Semi Myanmar' pada Minggu (2/5/2021)

"Guncang dunia dengan suara persatuan rakyat Myanmar," kata penyelenggara dalam sebuah pernyataan.

Arus demonstran di Myanmar, beberapa dipimpin oleh biksu Buddha yang berjalan melalui kota-kota di seluruh negeri, termasuk di Yangon dan Mandalay.

Upaya perlawanan juga terjadi di daerah perbatasan terpencil di utara dan timur.

Perang dengan pemberontak etnis minoritas telah meningkat secara signifikan sejak penggulingan Aung San Suu Kyi.

Berita lain terkait Krisis Myanmar

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini