TRIBUNNEWS.COM - Angkatan Laut AS mengatakan telah menyita sebagian besar senjata ilegal Rusia dan China dari kapal yang berlayar di Laut Arab Utara.
Armada Kelima AS yang berpangkalan di Bahrain pada Minggu (9/5/2021) mengatakan kapal USS Monterey mencegat kapal tanpa kewarganegaraan yang mereka sebut dhow.
Di dalamnya terdapat kargo berisi senjata dalam operasi dua hari pada 6 dan 7 Mei.
Operasi itu dilakukan di wilayah utara Laut Arab di lepas pantai Oman dan Pakistan.
Angkatan Laut AS naik ke kapal dan menemukan kumpulan senjata.
Sebagian besar masih terbungkus plastik hijau dan disimpan di bawah dek.
Baca juga: Houthi Kembali Serang Arab Saudi, Fasilitas Minyak dan Sistem Pertahanan Rudal Jadi Sasaran
Baca juga: Houthi Lancarkan Serangan ke Fasilitas Minyak Saudi Aramco dan Situs Militer yang Dikelola Negara
"Cadangan senjata termasuk lusinan peluru kendali anti-tank canggih buatan Rusia, ribuan senapan serbu Tipe 56 China, dan ratusan senapan mesin PKM, senapan sniper dan peluncur granat berpeluncur roket," bunyi pernyataan itu, dikutip dari Al Jazeera.
Tentara AS menemukan hampir 3.000 senapan serbu Tipe 56 Tiongkok, varian dari Kalashnikov.
Juga ditemukan ratusan senapan mesin berat dan senapan sniper lainnya, serta lusinan peluru kendali anti-tank canggih buatan Rusia.
Kumpulan senjata itu kini ditahan AS dan sumber serta tujuannya masih diselidiki.
"Setelah semua kargo ilegal dipindahkan, dhow dinilai layak melaut dan setelah ditanyai awaknya diberi makanan dan air sebelum dilepaskan," jelas pernyataan itu.
Dhow adalah sebutan untuk kapal layar tradisional di Timur Tengah.
Angkatan Laut AS tidak menjelaskan asal kapal tersebut.
Namun mengatakan bahwa patroli reguler Angkatan Laut AS di wilayah itu "menganggu pengangkutan kargo gelap yang sering mendanai terorisme dan aktivitas melanggar hukum".
Meski tidak dijelaskan, jenis-jenis senjata di atas kapal itu serupa dengan kargo lain yang disita AS dan pasukan sekutu yang diduga akan menuju ke Yaman.
Diketahui kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman tengah memerangi koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi.
Dilansir Arab News, pejabat pertahanan AS mengatakan kepada AP bahwa kapal mencurigakan itu berasal dari Iran menurut penyelidikan awal.
Diduga Republik Islam Iran hendak mempersenjatai Houthi meskipun ada embargo senjata dari PBB.
Utusan Iran untuk PBB belum berkomentar soal dugaan ini, meskipun Iran dulunya pernah membantah memberi senjata kepada pemberontak.
Baca juga: Iran Sebut Israel Bukan Negara Tapi Gembong Teroris, Kecam Negara Arab yang Bersahabat Dengannya
Baca juga: Saudi-Iran Gelar Negosiasi Rahasia, Pangeran MBS Ingin Bersahabat dengan Teheran
Penyitaan kali ini adalah yang terbaru di Laut Arab dimana kemungkinan senjata-senjata tersebut akan dikirim ke Yaman.
Penyitaan seperti ini dimulai sejak 2016 dan terus berlanjut selama perang, yang telah menyebabkan Houthi menembakkan rudal balistik dan menggunakan drone yang kemudian dikaitkan dengan Iran.
Yaman banyak mendapat kiriman senjata selundupan selama bertahun-tahun.
Sejak 2015, Dewan Keamanan PBB telah memberlakukan embargo senjata terhadap Houthi.
Meskipun demikian, para ahli PBB memperingatkan banyak bukti bahwa ada individu atau entitas di Iran yang memasok senjata ke Houthi.
Diketahui Iran mendukung Houthi, yang menyerang Arab Saudi dengan tembakan rudal dan serangan pesawat tak berawak.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)