Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Di Jepang, semua barang bekas dapat dijual kembali ke toko barang bekas Re-use (recycle shop) yang tersebar di banyak tempat di Jepang.
"Bahkan kantong kertas bagus yang biasa kita peroleh dari departement store, misalnya, dapat dijual kembali setelah dikumpulkan 10 kantong dengan harga sekitar 2 yen di toko barang bekas," kata Mariko Nakamura, ahli barang bekas Jepang di TBS TV, Minggu (9/5/2021) malam.
Ada lima toko barang bekas besar yang bersedia membeli kembali barang-barang yang sudah rusak atau pemiliknya sudah merasa bosan.
Toko-toko tersebut yaitu Second Street, Super Second Street, Hard Off, Book Off, dan Eco Ring.
"Apabila barang-barang yang tidak bisa kita jual, coba saja ke Eco Ring biasanya bisa dijual di sana," tambah Nakamura.
Sebuah karet busa besar saja yang biasa dipakai untuk tempat duduk, ternyata dibeli di Eco Ring dengan harga 1 yen atau setara Rp 130.
Untuk apa busa bekas tersebut?
Ternyata menurut Nakamura, karet busa itu bisa dipakai kalangan nelayan untuk tatakan box ikan atau perlengkapan di kapal laut perikanan.
Demikian pula bagi wanita yang biasanya punya kotak kosmetik bekas, juga bisa dijual ke Eco Ring meskipun mungkin dihargai sekitar 2 yen atau Rp 200.
Bagaimana dengan televisi 20 inch bekas?
Biasanya penjual akan menerima uang tunai 2.000 yen atau Rp 260 ribu dari toko bekas meskipun harta televisi yang baru sekitar 50.000 yen atau Rp 6,5 juta.
"Meskipun terima uang tunai 2.000 yen sebenarnya kita untung 5.000 yen karena kalau TV 20 inch itu dibuang ke tempat sampah, kita harus bayar uang sampah 3.000 yen. Dari pada keluar uang 3.000 yen lebih baik kan terima uang tunai 2.000 yen. Itulah perhitungan dari para penilai untuk membeli barang-barang bekas masyarakat," jelasnya.
Baca juga: Hari Ini Jepang Mencapai Suhu Terpanas di Tahun 2021
Di Jepang membuang barang bekas harus bayar uang sampah beraneka ragam sekitar 3.000 yen, ada yang 5.000 yen dan sebagainya.
Itulah sebabnya bisnis barang bekas akan membayar kepada kita seolah murah, karena si pembeli (toko barang bekas) harus memperhitungkan pula risiko apabila tidak bisa dijual lagi harus bayar uang sampah.
Menjual barang bekas juga dapat dilakukan melalui aplikasi online misalnya Mercari.
Dulu agak ribet mengisi aplikasi untuk menjual barang ke belanja online tersbeut.
Kini dengan kecanggihan AI (artificial intelligent) yang digabungkan aplikasi tersebut, dengan meng-upload foto saja, otomatis bisa diketahui ukuran barang, sehingga lebih memudahkan aplikasi, menjual barang bekas tersebut.
Demikian pula toko barang bekas Book Off atau Hard Off juga memiliki sistem perkiraan harga tawaran yang berbeda dengan jika datang ke toko masing-masing. Mengapa?
Karena perkiraan harga yang diperoleh dari aplikasi internet dari perhitungan ratra-rata semua nilai yang ada di semua toko, termasuk perhitungan persediaan (stok) yang ada.
Kalau banyak stoknya di toko, harga barang jadi lebih murah.
Jadi misalnya satu harga buku mahal bisa terjual 200 yen kalau datang di toko Book Off, tapi kalau pakai aplikasi internet Book Off akan ke luar angka 300 yen, menjadi lebih mahal.
Namun kalau kebetulan ke toko buku Book Off yang tidak ada stoknya, harga bukua itu bisa dihargai 300 yen sama seperti penawaran di aplikasi online.
Beberapa toko buku bekas memang sudah spesialisasi, selain Book Off untuk menjual buku-buku bekas, ada pula Super Second Street untuk menjual baju-baju bekas.
Bagaimana dengan Notebook yang rusak? Notebook yang layarnya rusak, dibandingkan yang layar bagus tapi tak bisa dipakai lagi, harganya dijual kembali hanya dihargai 1.000 yen.
Ternyata notebook yang rusak dengan layar masih bagus bisa terjual 1.000 yen tersebut. Mengapa?
"Kalau masih bagus layarnya, beserta chip-chip yang ada di dalamnya, suku cadang itu bisa dilepas satu per satu bisa dijual lagi dan jadi harga. Tetapi layar yang sudah rusak, pecah, padahal berharga mahal, sulit dapat keuntungan untuk menjualnya kembali," ujarnya.
Demikian pula untuk tas brand terkenal seperti Prada, Channel dan sebagainya.
Baca juga: NTT Batasi Komunikasi Telepon kepada 200 Pemerintah Daerah di Wilayah Jepang
Tas brand mana yang lebih berharga antara tas yang dijual bekas perbaikan dengan tas yang masih asli tetapi bagian pegangan tangannya terlepas (rusak)?
Ternyata menurut Nakamura masih lebih dihargai tas yang asli walaupun bagian pegangannya rusak.
"Kalau tas yang sudah direnovasi, diperbaiki, maka kita anggap itu bukan tas brand lain, bukan tas asli lagi. Tapi kalau tas yang asli begitu saja belum pernah direnovasi, meskipun telah rrusak bagian talinya, tetap kita nilai sebagai tas asli brand terkenal, jadi berharga lebih mahal," jelasnya.
Demikian pula cover ponsel bekas, setelah dikumpulkan 10 cover bisa dijual kembali dengan harga penilaian sekitar 200 yen.
Sementara itu upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang nantinya. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.