TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Dalam Negeri Afghanistan ungkap sekira 11 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam serangan bom pinggir jalan yang menghantam bus di provinsi Zabul, Afghanistan Selatan.
Melansir Al Jazeera, menurut juru bicara gubernur provinsi Zabul Gul Islam Sial, Ledakan itu terjadi pada Minggu (9/5/2021), malam.
Ia membeberkan, 25 orang luka-luka, termasuk di antaranya perempuan dan anak-anak yang berada dalam kondisi kritis.
Baca juga: 68 Orang Tewas, RI Kutuk Serangan Brutal yang Sasar Sekolah di Afghanistan
Baca juga: AS Kerahkan Belasan Pesawat Tempur untuk Lindungi Pasukan selama Penarikan dari Afghanistan
Kekerasan di negara itu telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir setelah Amerika Serikat mengumumkan akan menarik tentaranya dari negara itu pada 11 September.
Taliban mengumumkan pada Minggu malam bahwa mereka akan mengumumkan gencatan senjata tiga hari untuk liburan Idul Fitri akhir pekan ini.
Baca juga: Taliban Rebut Dahla, Bendungan Terbesar Kedua di Afghanistan
Peristiwa Serupa
Diberitakan sebelumnya, pada Kamis (18/3/2021) bus yang membawa pegawai pemerintah Afghanistan dihantam bom.
Mengutip Al Jazeera, pejabat terkait mengatakan, insiden yang terjadi di Kabul tersebut menewaskan tiga orang dan 11 lainnya luka-luka.
Pengeboman itu terjadi pada saat pemerintah Afghanistan, Taliban dan negara-negara kunci, termasuk Amerika Serikat (AS) serta Rusia, berkumpul di Moskow.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk mendorong pengurangan kekerasan guna mendorong proses perdamaian Afghanistan di masa depan.
Baca juga: 3 Wanita Pekerja Media di Afghanistan Timur Ditembak Mati Sepulang Kerja
Baca juga: Taliban Afghanistan Peringatkan Konsekuensi Pembatalan Penarikan Pasukan Asing
Juru Bicara Kepolisian Kabul mengkonfirmasi jumlah korban tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Pejabat lainnya membenarkan bahwa kendaraan itu membawa pegawai pemerintah Afghanistan.
Baca juga: Perang Afghanistan: Pemerintahan Biden akan Tinjau Kesepakatan Trump dengan Taliban
Bus Sewaan
Abdul Samad Hamid Poya, seorang Penasihat Kementerian angkat bicara.