Silih serang Israel-Palestina ini terjadi setelah sejak Jumat (8/5/2021) malam pecah kekerasan di komplek Masjid Al Aqsa.
Setidaknya 30 warga Palestina, termasuk sembilan anak-anak, serta tiga orang Israel tewas dalam pertempuran itu.
Kekerasan melonjak mulai Senin di tengah demonstrasi yang memanas atas rencana penggusuran bagi penduduk Palestina di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur.
Polisi Israel secara paksa menindak pertemuan tersebut, melukai ratusan orang dalam bentrokan yang diakibatkannya.
Ketika kemarahan atas penggusuran mencapai titik didih dan memicu kerusuhan di sekitar masjid Al Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam, pada Senin, Hamas memulai rentetan tembakan roket ke wilayah Israel.
Ratusan proyektil mortar juga ditembakkan, mendorong balasan lebih keras dari militer Israel di sepanjang perbatasan Jalur Gaza.
Hamas memerintah Jalur Gaza sejak 2006, ketika partai itu meraih kemenangan besar atas Partai Fatah di Palestina.
Tidak ada pemilihan di wilayah yang diblokade sejak itu. Rencana pemilihan 22 Mei ditunda tanpa batas waktu oleh Otoritas Palestina.
Pemerintah Israel berselisih dengan Otoritas Palestina mengenai apakah penduduk Arab di Yerusalem akan diizinkan memberikan suara.
Sementara televisi Israel juga menayangkan peristiwa meluncurnya lebih dari 100 roket ke Israel setelah penghancuran blok-blok gedung jangkung di Gaza.
Media Israel melaporkan sebuah bangunan di pinggiran Tel Aviv di Holon telah terhantam roket pada tengah malam.
Menurut media regional, setidaknya 130 roket telah ditembakkan dari Gaza pada Selasa malam, menargetkan Tel Aviv dan kota-kota Israel lainnya.
Kantor berita Shehab yang berbasis di Gaza melaporkan, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, telah menembakkan ratusan roket.
Warga Palestina mengatakan, serangan itu merupakan tanggapan atas penghancuran menara Hanadi, sebuah kompleks perumahan di Gaza, oleh pemboman Israel pada hari sebelumnya.