News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

CDC AS Temukan 28 Kasus Pembekuan Darah pada Penerima Vaksin J&J, Sebagian Besar Menyerang Wanita

Penulis: Rica Agustina
Editor: Gigih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson. CDC AS menemukan 28 kasus pembekuan darah pada penerima vaksin COVID-19 Johnson & Johnson (J&J), yang mana sebagian besar menyerang wanita.

TRIBUNNEWS.COM - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengumumkan temuan kasus pembekuan darah pada penerima vaskin COVID-19 Johnson & Johnson (J&J).

Dalam presentasi yang diadakan pada Rabu (12/5/2021) kemarin, CDC mengatakan telah mengidentifikasi 28 kasus trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS) di antara lebih dari 8,7 juta orang yang disuntik vaksin J&J.

Dikutip dari Channel News Asia, TTS melibatkan pembekuan darah yang disertai dengan trombosit tingkat rendah, yang mana sel dalam darah membantunya menggumpal.

Adapun sejauh ini, tiga dari 28 orang yang mengalami pembekuan darah dinyatakan meninggal.

CDC menambahkan, sebagian besar kasus terjadi di antara wanita berusia 18 hingga 49 tahun.

Tingkat kasus di antara wanita berusia 30-39 tahun yakni 12,4 kasus per juta, dan kasus pada mereka yang berusia 40-49 tahun yakni 9,4 kasus per juta.

Baca juga: Survei Facebook: Kaum Muda Indonesia Masih Ragu Ikut Vaksinasi Covid-19

Baca juga: Kajian Terbaru Kemenkes: Vaksin Sinovac Efektif Cegah Kematian Hingga 98 Persen Pada Nakes di DKI

Sementara kasus pembekuan darah pada pria, hanya ada enam kasus.

Dikatakan CDC, gejala yang terjadi pada penderita biasanya muncul beberapa hari hingga 2 minggu setelah vaksinasi.

Lebih lanjut, sebelumnya, per 25 April 2021, CDC telah melaporkan 17 kasus pembekuan di antara hampir 8 juta orang yang menerima vaksin J&J.

Komite Penasihat untuk Praktik Imunisasi atau ACIP, yang menasihati CDC, pada 23 April 2021 merekomendasikan agar AS menunda vaksinasi J&J.

Pihak AS diminta untuk meninjau data keamanan pada masalah pembekuan darah.

Kasus pembekuan darah, lanjut CDC, tampak serupa dengan yang terjadi setelah pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca di Eropa.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Setelah Ramadan Dipercepat, Target Satu Juta Dosis Per Hari

Baca juga: Jadwal, Harga, dan Merk Vaksin yang Gunakan Dalam Program Vaksinasi Gotong Royong

Diketahui, vaksin J&J dan AstraZeneca didasarkan pada teknologi baru yang menggunakan adenovirus.

Teknologi tersebut menyebabkan flu biasa yang telah dimodifikasi sehingga pada dasarnya tidak berbahaya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini