TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Singapura pada Jumat (14/5) mengumumkan akan memberlakukan pembatasan paling ketat atau lockdown mulai minggu ini.
Sebelumnya Singapura juga melakukan lockdown pada tahun lalu.
Saat itu lockdown dilonggarkan mulai Juni seiring kasus Covid-19 yang menurun. Singapura merupakan salah satu negara yang disebut paling sukses di dunia dalam pertahanan Covid-19.
Lantas, mengapa Singapura kembali memberlakukan lockdown? Melansir Bloomberg, (14/5) Singapura kembali lockdown karena meningkatnya jumlah infeksi virus yang tidak dapat dilacak.
Baca juga: Setelah Malaysia, Giliran Singapura Berlakukan Lockdown Ketat
"Pola kasus komunitas lokal yang tidak terkait telah muncul dan terus berlanjut," kata pernyataan Kementerian Kesehatan.
Kementerian perlu bertindak tegas untuk mengatasi risiko ini, karena setiap kebocoran dapat mengakibatkan munculnya kembali kasus yang tidak terkendali.
Lockdown akan dimulai pada Minggu (16/5) hingga 13 Juni.
Singapura saat ini telah mendeteksi 11 kluster aktif Covid-19 dan 46 kasus aktif negara saat ini terkait dengan Bandara kota Changi.
Pemerintah prihatin bahwa mungkin ada beberapa kasus tersembunyi yang belum terdeteksi dan dapat menyebar ke komunitas yang lebih luas.
Total kasus aktif Covid-19 di Singapura adalah 393 kasus.
Meski angka itu secara signifikan lebih kecil daripada wabah yang terlihat di sebagian besar negara lain, ukuran Singapura yang kecil dan populasi padatnya yang hampir 6 juta orang dapat memungkinkan kasus-kasus berkembang biak dengan sangat cepat.
Singapura telah berhasil mengendalikan sebagian besar pandemi di dalam perbatasannya dan hanya melaporkan 31 kematian akibat Covid-19 sejak dimulainya pandemi.
Sebagian besar kasus yang dilaporkan negara kota berasal dari pelancong yang masuk dan diisolasi di tempat karantina.
Penyebaran lokal
Gejolak saat ini menjadi perhatian Singapura karena sebagian besar kasus baru diperoleh secara lokal dan beberapa di antaranya tidak dapat langsung dikaitkan dengan kasus lain. Penyebaran lokal tampaknya dipicu oleh kasus-kasus yang terkait dengan bandara negara kota itu.
Pengunjung bandara, pekerja, dan pengemudi taksi semuanya telah dikaitkan dengan wabah baru-baru ini. Hal itu menunjukkan bahwa infeksi tersebut mungkin telah melanggar prosedur karantina dan keselamatan Singapura yang ketat untuk pelancong yang datang serta staf bandara.
Beberapa ketentuan lockdown Singapura yang diatur di antaranya terkait pertemuan luar ruangan dibatasi hanya untuk dua orang (meskipun mereka berasal dari rumah yang sama) sementara rumah hanya dapat menerima dua pengunjung per hari.
Selain itu makan di restoran tidak lagi diizinkan, tetapi tempat makan dapat terus menawarkan makanan untuk dibawa pulang dan pesan antar. Pengusaha harus memastikan bahwa para stafnya dapat bekerja dari rumah.
Singapura Lockdown, Warganya Padati Supermarket, Terjadi Panic Buying
Terjadi panic buying di Singapura, seiring pemerintahnya mengumumkan pemberlakuan lockdown sebagai antisipasi melonjaknya kasus covid-19.
Warga Singapura memadati pusat belanja untuk membeli kebutuhan pokok.
Seperti dilaporkan Coconuts.co, dari sejumlah foto yang beredar di media sosial, tampak antrean panjang warga dengan troli berisi makanan, kertas toilet, dan kebutuhan pokok lainnya, di beberapa supermarket.
Menteri Perdagangan dan Perindustrian Chan Chun Sing mengimbau masyarakat untuk tenang dan tidak perlu panik.
Baca juga: Setelah Malaysia, Giliran Singapura Berlakukan Lockdown Ketat
Baca juga: Ditemukan Kluster Baru Covid-19, Singapura Tutup Terminal 3 Basement 2 Bandara Changi
"Meskipun tempat makan dan minum mungkin ditutup untuk layanan makan malam, pesan antar dan pengiriman masih diperbolehkan dan tidak perlu terburu-buru untuk membeli bahan makanan atau kebutuhan lainnya," tulis Chan online hari ini.
"Mari kita terus mengingat untuk hanya membeli apa yang kita butuhkan dan mencari yang lebih rentan di antara kita," lanjut Chan.
Baca juga: Randi Bachtiar sempat Didiagnosa Tumor, Suami Tasya Kamila sampai Konsultasi ke Dokter di Singapura
Sementara, CEO supermarket Fairprice Seah Kian Peng Seah mengulangi kembali nasihatnya di tahun lalu.
“Jadi, mengulangi pesan kami sebelumnya, tidak perlu terburu-buru membeli apa pun yang Anda butuhkan. Toko kami akan selalu buka. Lebih penting lagi berhati-hatilah dan tetap aman,"kata Seah.
Dari catatan di jaringan supermarketnya, lalu lintas angka pembelian cukupl besar di toko fisik dan online mereka sejak siang hari.
Singapura kembali memberlakukan lockdown setelah terjadi 52 kasus per harinya sebagai penanda gelombang baru infeksi Covid-19.
Kondisi tersebut mempengaruhi Bandara Changi dan Rumah Sakit Tan Tock Seng. Bahkan harga saham juga ikut turun, kecuali saham supermarket Sheng Siong yang melonjak 11 persen.
Di AS malah longgar
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau CDC mengumumkan warga Amerika yang sudah divaksin tidak perlu lagi memakai masker atau menjaga jarak.
Perubahan panduan besar itu dibuat oleh direktur CDC Dr Rochelle Walensky pada Jumat (14/5/2021).
Dr Walensky berkata:
"Kita semua merindukan momen ini."
"Siapapun yang telah divaksinasi lengkap dapat berpartisipasi dalam kegiatan di dalam dan di luar ruangan, besar atau kecil, tanpa memakai masker atau menjaga jarak secara fisik."
Baca juga: CDC AS Temukan 28 Kasus Pembekuan Darah pada Penerima Vaksin J&J, Sebagian Besar Menyerang Wanita
Baca juga: CDC Beri Sinyal Kapal Pesiar Dapat Lanjutkan Berlayar di Perairan AS Musim Panas Ini
"Jika Anda sudah divaksinasi penuh, Anda dapat mulai melakukan hal-hal yang sebelumnya Anda hentikan karena pandemi."
"Kita semua telah merindukan saat-saat ini ketika kita dapat kembali ke kehidupan normal."
Dr Walensky mengatakan bahwa pedoman baru ini hanya berlaku untuk orang Amerika yang telah divaksinasi penuh.
Ia meminta siapa saja yang mengalami gangguan kekebalan untuk berbicara dengan dokter mereka sebelum melepaskan masker.
Orang yang divaksinasi penuh artinya orang-orang yang dua minggu melewati dosis vaksin Covid-19 terakhir yang dibutuhkan.
Dr Walensky kemudian mengatakan bahwa perubahan pedoman tidak dimaksudkan sebagai rayuan agar lebih banyak orang yang divaksinasi.
Baca juga: Jelang Lebaran, Google Doodle Kembali Ingatkan soal Pencegahan Covid-19, Pakai Masker dan Jaga Jarak
Baca juga: Terjebak dengan Ratusan Juta Stok Tak Terjual, Produsen Masker AS Minta Bantuan Administrasi Biden
Ia menyebut bahwa CDC telah "mengikuti ilmu pengetahuan" dalam membuat keputusannya.
Ia juga mengatakan bahwa keputusan itu juga tidak berdasarkan tekanan publik tetapi keefektifan vaksin.
Meski begitu, Dr Walensky memperingatkan bahwa jika situasinya menjadi lebih buruk lagi, CDC mungkin harus mengubah pedomannya.
Dr Walensky menambahkan bahwa pedoman tentang pemakaian masker di pesawat, bus, atau kereta api tidak berubah.
Masker tetap harus dipakai saat bepergian dan di bandara serta stasiun.
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa lokasi seperti fasilitas kesehatan harus mengikuti pedoman keamanan infeksi mereka sendiri.
Baca juga: Brasil Hentikan Produksi Vaksin AstraZeneca karena Kekurangan Bahan
Baca juga: Hasil Penelitian Jepang: Vaksin Pfizer Dapat Mencegah Infeksi Mutan Covid-19 Inggris
"Ini momen yang menarik dan kuat. Ini hanya bisa terjadi karena upaya banyak orang yang memastikan bahwa kita memiliki administrasi cepat tiga vaksin yang aman dan efektif," ujarnya.
Dr Walensky memberi tahu orang Amerika yang tidak divaksinasi bahwa mereka harus terus memakai masker, sambil mendesak mereka untuk divaksinasi sesegera mungkin.
Lebih dari 32,8 juta orang telah dinyatakan positif Covid-19 di Amerika Serikat selama pandemi, dengan 583.000 kematian disebabkan olehnya.(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Willem jonata)
Berita lainnya seputar penanganan Covid-19
sebagian artikel ini sudah tayang di KONTAN, dengan judul: Singapura berlakukan lockdown sebulan mulai esok