Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, YERUSALEM - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden melakukan panggilan telepon pertamanya dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas sejak menjabat, pada Sabtu (15/5/2021) waktu setempat.
Percakapan telepon ini dilakukan di tengah pertempuran berat antara Israel dan kelompok militan Palestina di Jalur Gaza.
Biden telah mengirim utusan untuk mencoba meredam kekerasan yang telah menewaskan puluhan orang di Gaza dan setidaknya 10 orang di Israel, tetapi upaya tersebut belum menunjukkan tanda-tanda kemajuan.
Biden "menekankan perlunya Hamas untuk berhenti menembakkan roket ke Israel."
Dalam panggilan telepon itu, dua pimpinan negara ini menyatakan keprihatinan mereka bersama bahwa warga sipil yang tidak bersalah, termasuk anak-anak, telah menjadi korban.
Biden juga menyampaikan "komitmen AS untuk memperkuat kemitraan AS-Palestina" dan menyoroti keputusan pemerintahannya baru-baru ini untuk mengembalikan bantuan ke Tepi Barat dan Gaza yang diduduki Israel yang sebelumnya dihilangkan mantan Presiden Donald Trump.
Ringkasan panggilan yang dirilis oleh kantor berita resmi Palestina WAFA melaporkan, Biden mengatakan dia menentang penggusuran warga Palestina dari Sheikh Jarrah Yerusalem Timur.
Kasus hukum yang berjalan lama atas penggusuran menyulut ketegangan di kota suci dan memicu pertempuran antara militer Israel dan militan di Gaza.
Otoritas Palestina Abbas (PA) memiliki kekuasaan terbatas di Tepi Barat yang diduduki, bagian dari wilayah yang direbut Israel, bersama dengan Gaza dan Yerusalem Timur, dalam perang Timur Tengah 1967.
Baca juga: Pimpinan DPR Protes Agresi Militer Israel: Tragedi Kemanusiaan Ini Harus Segera Diakhiri
Tetapi PA memberikan sedikit pengaruh atas Gaza dan penguasa Hamas, yang merebut kendali kantong Palestina pada 2007 setelah konflik berdarah dengan partai Fatah Abbas.
Amerika Serikat menganggap Hamas sebagai organisasi teroris, dan tidak berbicara dengan kelompok itu.
Beberapa analis mengatakan Hamas tampaknya melihat eskalasi dengan Israel sebagai kesempatan untuk meminggirkan Abbas dan hadir sebagai penjaga Palestina di Yerusalem, yang sektor timurnya mereka cari untuk negara masa depan.(Reuters)