News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Israel Serang Jalur Gaza

Analisis Konflik Israel-Palestina, Netanyahu-Hamas Punya Pakta Politik Tak Tertulis

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menerima dosis kedua COVID-19 di Sheba Medical Center di Ramat Gan, dekat kota pesisir Tel Aviv, pada 9 Januari 2021.

Ia mengatakan "siapa pun yang menentang negara Palestina harus menjadi pihak" - seperti yang dijelaskan oleh surat kabar itu dengan kata-katanya sendiri - "mentransfer dana ke Gaza”.

Alasannya, mempertahankan pemisahan antara Otoritas Palestina di Tepi Barat dan Hamas di Gaza membantu mencegah pembentukan negara Palestina. (Ini ada di halaman 417 dari buku Ramon.)

Dalam sebuah wawancara dengan situs Ynet pada 5 Mei 2019, teman dekat Perdana Menteri Netanyahu, Mayjen (Purn) Gershon Hacohen, mengatakan “kebenaran harus dinyatakan”.

Menurutnya, strategi Netanyahu adalah mencegah solusi dua negara. Jadi dia telah menjadikan Hamas mitra terdekatnya. Secara terang-terangan, Hamas adalah musuh. Secara diam-diam, itu adalah sekutu.

Ramon juga mencatat tweet Channel 13 News pada 20 Mei 2019 yang mengutip mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak.

“Netanyahu tidak menginginkan solusi dua negara, lebih memilih pemisahan antara Gaza dan Tepi Barat, seperti yang dia katakan pada saya pada 2010. ”

Mubarak mengatakan ini dalam wawancara dengan surat kabar Kuwait al-Anba.

Tidak diragukan lagi, bersamaan digelarnya pengadilan Netanyahu, Menteri Keamanan Publik Amir Ohana, di bawah bimbingan diam-diam bosnya atau atas inisiatifnya sendiri, bertindak dengan cara yang telah diperhitungkan.

Ia  menciptakan kondisi yang dipicu provokasi polisi di Temple Mount dan di Yerusalem Timur selama bulan Ramadhan.

Idenya adalah, kebakaran itu akan menghanguskan harapan untuk membentuk pemerintahan pro-perubahan.

Menyeret negara (Israel) ke pemilu kelima, dengan sayap kanan memastikan kemenangan mengejutkan menyusul radikalisasi publik setelah babak berdarah baru dalam konflik Israel-Palestina.

Untuk menggagalkan rencana ini, kelompok kiri tengah harus memuka mata publik, memperkuat cengkeraman dan blockade Hamas di Jalur Gaza adalag strategi diplomatic Netayahu.

Ia berusaha mencegah peluang perundingan guna menemukan solusi kemerdekaan P{alestina dan mencegah eksisnya kepemimpinan Palestina yang moderat.

Publik harus mengenali arah politik ini, kelanjutan pemerintahan Netanyahu, koalisi sayap kanan yang menentang solusi diplomatik dan pembagian tanah Israel.

Karena itu Bibi (Netanyahu membutuhkan Hamas yang kuat.(Tribunnews.com/Haaretz/xna)    

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini