Sekitar 61 di antaranya anak-anak, serta sekitar 1.500 lainnya luka-luka. Sepuluh orang Israel telah tewas oleh tembakan roket, di antaranya dua anak dan satu tentara.
Kekerasan itu dipicu Senin (6/5/2021) di tengah protes panas berhari-hari atas penggusuran warga Palestina di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur.
Tindakan keras polisi menimbulkan ratusan orang terluka. Kekerasan meluas setelah polisi menyerbu massa di kompleks masjid Al Aqsa.
Saat itu pasukan keamanan Israel menembakkan granat kejut dan gas air mata ke arah jamaah. Peristiwa ini menyalakan kekerasan lebih luas melibatkan Hamas dan kelompok militan lainnya di Jalur Gaza.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden berulang kali menyatakan sikap membela Israel atas "hak untuk mempertahankan diri".
Biden menegaskan kembali sikap itu setelah terlibat percakapan telepon dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Sisi lain, Biden mendesakkan gencatan senjata dan "mendorong Israel untuk melakukan segala upaya" untuk melindungi warga sipil.
Serangan dari arah Lebanon selatan merupakan peristiwa kesekian steelah pada 13 Mei 2021, tiga roket telah ditembakkan ke wilayah Israel dari wilayah itu.
Proyektil roket tidak menyebabkan kerusakan karena jatuh ke Laut Mediterania di lepas pantai Israel.
Roket ditembakkan dari wilayah selatan kota pesisir Lebanon, Tyre. Tidak ada sirene yang terdengar di Israel utara sebelum serangan itu.
Tidak jelas apakah serangan itu hanya insiden yang terisolasi atau tanda dari beberapa perkembangan yang lebih besar di wilayah tersebut.
Kembali pada 2006, Israel berperang melawan kelompok militan Hizbullah, yang memiliki kehadiran yang cukup besar di Lebanon selatan.
Kelompok kecil Palestina yang berlokasi di Lebanon juga kadang-kadang menembakkan roket ke Israel di masa lalu.
Mengutip sumber militer Lebanon, media Israel melaporkan kelompok pinggiran Palestina berada di balik serangan itu.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)