TRIBUNNEWS.COM, KATHMANDU – Gelombang kedua Covid-19 di Nepal membuat rumah sakit kewalahan menerima pasien beberapa hari terakhir.
Begitu padatnya pasien, bahkan Rumah Sakit Penyakit Menular dan Tropis Sukraraj di ibukota Nepal, Kathmandu, harus menempatkan dua pasien pada satu tempat tidur.
Pakar kesehatan dan pekerja medis garis depan menggambarkan situasi ini sebagai "mendekati apokaliptik" karena mereka menghadapi kekurangan tempat tidur rumah sakit dan oksigen
Kampanye vaksinasi nasional nyaris dihentikan dan jumlah korban tewas begitu tinggi sehingga kremasi massal pun dilakukan.
"Kami tidak menolak pasien, kami mencoba menampung mereka meskipun kapasitas kami terbatas," kata Poudel kepada Al Jazeera.
Baca juga: Mulai Hari Ini Warga Negara Pakistan, India dan Nepal Tak Boleh Masuk Jepang
Ia menambahkan, rumah sakit melipatgandakan kapasitasnya. Saat ini ada lebih dari 120 pasien Covid-19 sedang dirawat di rumah sakit yang memiliki 104 tempat tidur dan hanya 24 tempat tidur ICU.
Selama beberapa minggu terakhir, banyak staf di Sukraraj yang jauh dari keluarga. Mereka tinggal di hostel atau di rumah sakit.
Rumah sakit ini adalah satu-satunya fasilitas di Nepal yang mengkhususkan diri pada penyakit tropis dan menular.
Pada Rabu (19/5), Nepal mencatatkan jumlah kasus tertinggi sejak pandemic terjadi tahun lalu. Saat itu, dari 21 tes Covid-19 yang diadakan, ternyata 8.173 orang positif Covid-19 dan 246 orang meninggal.
Pakar Kesehatan yakin bahwa angka yang sebenarnya jauh lebih tinggi dari angka di atas, karena tes yang dilakukan masih sedikit.
Baca juga: Nepal di Ambang Petaka Covid-19 Menyusul Tsunami Kematian di India
Data resmi menyebutkan, lebih dari 5.600 orang tewas sejak pandemic terjadi tahun lalu, dan 2.000 dari yang meninggal itu terjadi hanya dalam beberapa pekan terakhir.
Pandemi ini terutama menyerang Lembah Kathmandu dan dataran rendah barat negara yang berbatasan dengan negara bagian Uttar Pradesh, India.
Wilayah ini adalah salah satu yang paling terbelakang di Nepal, dengan konsentrasi besar penduduk asli dan etnis serta agama minoritas.
Seperti Shahbaz Ahmed, seorang penduduk Nepalgunj di Nepal barat, kehilangan tiga saudara laki-lakinya (Zahir, Ejaz dan Imtiyaz) karena virus corona pada minggu pertama Mei.