Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BRAZZAVILLE - Gunung Nyiragongo yang terletak dekat kota Goma, Republik Demokratik Kongo, erupsi.
Gunung api tersesebut menyeburkan lava dan menyebarkan bau belerang yang menyengat ke wilayah sekitarnya.
Pemerintah negara itu pun telah menyiapkan rencana evakuasi terkait bencana ini.
Perlu diketahui, gunung berapi ini mulai meletus pada hari Sabtu kemarin, sekitar pukul 19.00 waktu setempat.
Video yang dibagikan secara online menunjukkan gunung ini menyemburkan asap dan api ke udara, mengubah langit malam menjadi merah.
Baca juga: Fakta Temuan Gunung Emas di Kongo, Warga Ramai-ramai Menambang hingga Reaksi Pemerintah
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (23/5/2021), Gunung Nyiragongo terletak sekitar 10 kilometer atau 6 mil di utara Goma, sebuah kota berpenduduk sekitar 670.000 orang, dan hanya berjarak 1 kilometer atau 0,6 mil dari perbatasan Rwanda.
Letusan tersebut telah menyebabkan kepanikan besar.
Penduduk pun bergegas menyelamatkan diri ke negara tetangga, Rwanda.
Banyak di antara mereka yang mengungsi dengan berjalan kaki.
Baca juga: Penemuan Gunung Emas di Kongo Jadi Pusat Perhatian Dunia, Dikhawatirkan Harga Emas Anjlok
Sejumlah video dan foto menunjukkan kondisi saat warga, termasuk anak-anak kecil, berbaris menuju perbatasan dengan membawa barang-barang mereka.
Sementara itu, Badan Penyiaran Rwanda (RBA) menyampaikan sekolah, gereja, serta fasilitas lainnya akan menampung sementara penduduk Kongo yang mengungsi.
Ada laporan bahwa lava bergerak cepat menuju kota dan alirannya akan mencapai Bandara Internasional Goma.
Pemerintah Kongo pun mengumumkan langkah evakuasi dari kota tersebut.
Baca juga: Enam Polisi Hutan Tewas Ditembak Kelompok Milisi Kongo
Juru bicara pemerintah Patrick Muyaya menuliskan dalam twitternya bahwa pemerintah sedang membahas mengenai langkah-langkah mendesak untuk menangani situasi ini.
Saat penduduk bergegas mengungsi, pemadaman listrik pun dilakukan di seluruh Goma.
Letusan terakhir dari satu gunung berapi paling aktif di dunia itu sebelumnya telah mengakibatkan sekitar 250 korban jiwa pada 2002 lalu, dan menyebabkan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Letusan paling mematikan di Nyiragongo terjadi pada tahun 1977, saat itu aliran lahar 'menyapu' dan merusak kota dengan kecepatan hingga 60 kilometer per jam (37mph).
Tidak diketahui secara pasti berapa angka korban tewas akibat letusan itu, namun AFP melaporkan bahwa lebih dari 600 orang tewas karena bencana tersebut.