TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Korea Utara baru-baru ini menangkap satu keluarga dan menempatkan mereka di pusat isolasi Covid-19 karena seekor kucing.
Satu keluarga berisi 4 orang itu tinggal di Distrik Songhu, Hyesan, Provinsi Yanggang.
Mereka ditempatkan di pusat isolasi pada 24 Mei lalu, menurut sumber di Provinsi Yanggang mengatakan kepada Daily NK.
"Keluarga itu diberi hukuman 20 hari dalam isolasi karena secara ilegal memelihara kucing menyusul kebijakan untuk tidak melakukannya di wilayah perbatasan (Sino-Korea Utara)," ujarnya.
Sebelumnya otoritas Korea Utara telah memerintahkan wilayah perbatasan yakni Hyesan, Sinuiju, dan beberapa lokasi lainnya untuk membunuh kucing dan merpati.
Baca juga: Heboh Kemunculan Kopiko di Drama Korea Mine, Netizen Dibikin Penasaran
Baca juga: Larangan Kim Jong Un untuk Rakyat Korea Utara, Skinny Jeans hingga Tindik di Mulut dan Hidung
Ini dilakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Gara-gara Idap Penyakit, Diam-diam Panji Petualang Hijrah, Sadar Harus Rajin Ibadah: Bukan Islam KTP
Dulu Heboh Gara-gara Dinikahi Pria Turki, Pedangdut Ini Diam-diam Sudah Cerai, Nasibnya Kini Disorot
Kemungkinan ada keyakinan di Korea Utara bahwa hewan bisa menularkan Covid-19 secara langsung.
Menurut laporan Daily NK, warga Korut bahkan beberapa kali terlihat menembaki burung di perbatasan China.
Bahkan semua kucing, baik kucing liar maupun peliharaan jadi sasaran pembantaian ini.
Keluarga di Hyesan itu berbohong kepada petugas bahwa kucing mereka telah mati saat ada pemeriksaan.
Namun pada 22 Mei, kucing mereka terlihat di dekat pagar rantai di perbatasan.
Penjaga yang sedang berpatroli berusaha menangkap kucing itu, namun tidak berhasil.
Kucing itu kemudian lari ke pemukiman.
Insiden tersebut dilaporkan ke otoritas karantina provinsi hingga akhirnya sosok pemilik ditemukan setelah dua hari penyelidikan.
"Kucing itu dibawa pergi dan keluarganya dijatuhi hukuman 20 hari isolasi," kata sumber itu.
"Mereka dibawa ke sebuah fasilitas (dan tidak diizinkan untuk tinggal) di rumah mereka sendiri," kata sumber.
Sumber ini mengatakan bahwa banyak orang mempertanyakan mengapa pihak berwenang berusaha keras untuk menangkap kucing tersebut.
Padahal menurut publik, kucing itu tidak akan bisa menyeberangi sungai dari China ke Korut atau sebaliknya.
Korea Utara Dilanda Kelaparan
Di tengah pandemi Covid-19 ini, Korea Utara diyakini sedang mengalami krisis ekonomi oleh mayoritas pengamat dan ahli.
Namun besar krisisnya tidak bisa digambarkan, karena negara komunis ini menutup semua perbatasan hingga aliran informasi sejak pandemi corona.
"Saya mendengar bahwa situasinya mengerikan. Aksesibilitas makanan terbatas dan orang-orang kesulitan mengakses kebutuhan sehari-hari," kata Lina Yoon, pengamat Korea Utara di Human Rights Watch kepada DW.
Michael Madden, seorang ahli Korea Utara mengatakan ada laporan bahwa selama setahun terakhir, para elit Korut mencoba menjual aset mereka secara ilegal.
Benda-benda seperti perhiasan emas itu nekat dijual di perbatasan China yang dijaga ketat.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un berulang kali menyebutkan situasi serius yang terjadi pada perekonomian negara itu.
Baca juga: Update Corona Global 28 Mei 2021 Siang: India Catat 27,5 Juta Kasus Infeksi Covid
Baca juga: Penularan Virus Corona B.1.617 Disebut 3,35 Kali Lebih Cepat, dari 14 Kasus Menularkan ke 31 Nakes
Pada pertemuan partai yang berkuasa Januari lalu, dia mengatakan rencana ekonomi lima tahunnya gagal "di hampir semua bidang."
Bulan lalu, pemimpin otoriter itu meminta penduduk untuk bersiap menghadapi 'Maret yang Sulit'.
Istilah ini merupakan propaganda halus yang digunakan rezim untuk merujuk pada bencana kelaparan di pertengahan 1990an, yang diyakini membunuh 1 hingga 3 juta orang karena kelaparan.
Madden mengatakan rezim menggunakan pandemi sebagai alasan untuk memperketat kontrol sosial terhadap penduduk.
Dia mengaku curiga bahwa kejadian yang merujuk pada peristiwa seperti kelaparan memiliki maksud politik yang jelas.
Berita terkait Virus Corona
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)