Dia kemudian menggemparkan politik pada tahun 2012 ketika dia memimpin partai sayap kanan Rumah Yahudi, yang sedang terpuruk.
Baca juga: Ini Jawaban Israel dan AS Tanggapi Resolusi PBB untuk Menyelidiki Kejahatan di Gaza
Dia meningkatkan eksistensi partainya di parlemen hingga empat kali lipat.
Ia dikenal sebagai sosok yang mempunyai komentar keras dan pedas tentang Palestina.
Pada 2013, dia menyebut Palestina sebagai teroris. “Teroris Palestina harus dibunuh, bukan dibebaskan,” katanya waktu itu.
Dia bahkan telah menimbulkan kontroversi dalam beberapa kesempatan. Seperti pernyataannya bahwa Tepi Barat tidak sedang diduduki karena "tidak pernah ada negara Palestina di sini".
Ia juga mengatakan, “konflik Israel-Palestina tidak dapat diselesaikan tetapi harus dipertahankan.”
Baca juga: Ribuan Orang Unjuk Rasa di Luar Kediaman Netanyahu, Tuntut PM Israel itu Mengundurkan Diri
Selain pernah menjadi memegang portofolio pertahanan, Bennett pernah menjabat sebagai menteri ekonomi dan menteri pendidikan Netanyahu.
Dia mengganti nama partai Rumah Yahudi sebagai Yamina (Kanan) pada tahun 2018, dan merupakan bagian dari koalisi Netanyahu yanggagal pada tahun yang sama.
Namun Netanyahu tidak mengajaknya bergabung dalam pemerintahannya Mei tahun lalu. Hal ini dilihat pengamat sebagai bentuk ketidaksukaan Netanyahu terhadap Bennett, meski ideologi mereka sama.
Selama pandemi virus Coron 2020, Bennett menunjukkan oposisinya dengan memfokuskan retorika sayap kanannya ats krisis kesehatan, dan meningkatkan upayanya pada
Bertentangan dan dengan pandemi virus korona yang mengamuk pada tahun 2020, Bennett mengurangi retorika sayap kanannya untuk fokus pada krisis kesehatan, dan meningkatkan seruannya tentang rencana mengatasi Covid-19 dan bantuan ekonomi. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)