News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Studi: Infeksi Covid-19 Kurangi Risiko Infeksi Lanjutan Selama 10 Bulan

Editor: hasanah samhudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang teknisi laboratorium yang mengenakan APD lengkap (alat pelindung diri) membersihkan tabung reaksi yang berisi sampel langsung yang diambil dari orang yang diuji untuk coronavirus baru, di fasilitas Lighthouse Lab baru yang didedikasikan untuk pengujian COVID-19, di Queen Elizabeth University Hospital di Glasgow. Rabu (22 April 2020). Laboratorium adalah bagian dari jaringan fasilitas pengujian diagnostik, bersama dengan situs Lab Lighthouse lainnya di Milton Keynes dan Cheshire, yang akan menguji sampel dari pusat pengujian regional di sekitar Inggris di mana staf NHS dan pekerja garis depan dengan dugaan Infeksi Covid-19 telah dilakukan apusan untuk pengujian. (Foto oleh Andrew Milligan / POOL / AFP)

TRIBUNNEWS.COM, LONDON  - Sebuah penelitian University College London (UCL) menyebutkan bahwa infeksi Covid-19 dapat secara substansial mengurangi risiko infeksi baru penyakit  (reinfeksi Covid-19)  ini hingga 10 bulan.

Hasil studi, yang meneliti staf dan penghuni panti jompo ini, dipublikasikan The Lancet Healthy Longevity pada Kamis (3/6).

Studi itu menemukan bahwa penghuni panti jompo yang terinfeksi Covid-19 sekitar 85 persen lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi antara Oktober-Februari dibandingkan mereka yang tidak pernah kena Covid.

Untuk staf, mereka yang pernah terinfeksi memiliki kemungkinan 60 persen lebih kecil untuk terinfeksi lagi.

"Ini benar-benar kabar baik bahwa infeksi alami melindungi terhadap infeksi ulang pada periode ini. Risiko terinfeksi dua kali tampaknya sangat rendah," kata pemimpin peneliti studi tersebut, Maria Krutikov dari UCL Institute of Health Informatics.

Baca juga: Bedakan Long Covid-19 dan Reinfeksi agar Tidak Salah Kaprah

"Fakta bahwa infeksi Covid-19 sebelumnya memberikan perlindungan tingkat tinggi kepada penghuni panti jompo juga meyakinkan, mengingat kekhawatiran masa lalu bahwa orang-orang ini mungkin memiliki respons kekebalan yang kurang kuat terkait dengan bertambahnya usia," katanya seperti dikutip dari The Straits times.

Penelitian ini melibatkan 682 penghuni panti jompo, dengan usia rata-rata 86 tahun, dan 1.429 staf di panti jompo. Tes yang dilakukan pada Juni dan Juli tahun lalu menunjukkan sekitar sepertiga positif adanya antibodi virus corona.

Studi tersebut mengecualikan dampak vaksinasi dengan mengeluarkan orang 12 hari setelah dosis vaksin pertama. Para penulis berencana untuk melihat efektivitas vaksin dalam studi terpisah.

Alexander Edwards, seorang profesor di bidang teknologi biomedis di University of Reading yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan masih banyak ketidakpastian tentang tingkat dan durasi perlindungan setelah infeksi.

"Reinfeksi memang terjadi - jadi perlindungan tidak lengkap. Kami masih berharap infeksi alami harus melindungi terhadap infeksi yang lebih parah, tetapi kami masih belum memiliki cukup data untuk mengetahui hal ini," katanya.

Baca juga: Epidemiolog Sebut Mutasi Corona E484K Bisa Turunkan Efikasi pada Vaksin dan Reinfeksi

Para peneliti mengatakan periode penelitian mencakup munculnya varian yang lebih menular yang pertama kali diidentifikasi di Inggris dan sekarang dikenal sebagai Alpha, menyiratkan tingkat perlindungan yang baik terhadap varian itu.

Namun, varian yang bersangkutan awalnya ditemukan di India dan sekarang disebut varian Delta kemudian muncul dan menjadi dominan di Inggris. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini