Qazi Khalil, seorang teman keluarga, mengatakan kepada kantor berita The Canadian Press bahwa dia terakhir melihat mereka pada hari Kamis.
Baca juga: Makmun Rasyid: Guru Harus Ajarkan Nilai-nilai Toleransi kepada Murid di Sekolah
“Ini benar-benar menghancurkan saya dari dalam,” kata Khalil. "Saya benar-benar tidak bisa menerima bahwa mereka tidak lagi di sini,” kataya.
Dewan Nasional Muslim Kanada, sebuah kelompok advokasi nasional, mengatakan sangat ngeri dengan serangan mematikan itu.
“Ini adalah serangan teroris di tanah Kanada, dan harus diperlakukan seperti itu. Kami menyerukan kepada pemerintah untuk mengadili penyerang sepenuhnya sesuai hukum, termasuk mempertimbangkan tuduhan teroris," kata CEO kelompok itu, Mustafa Farooq, dalam sebuah pernyataan, Senin.
“Kehilangan keluarga ini, kehilangan seorang anak di komunitas kami karena ini adalah kesedihan yang akan mendalam untuk waktu yang lama. Tapi biarkan kesedihan itu menjadi dasar di mana kita berdiri untuk keadilan, dan berdiri untuk perubahan,” ujarnya.
Data di Kanada menunjukkan adanya kenaikan atas kejahatan rasial pada Maret lalu. Laporan yang masuk ke kepolisian menyebutkan adanya kenaikan serangan terhadap Muslim pada 2019, yaitu dari 166 insiden pada 2018 menjadi 181 insiden pada 2019.
Baca juga: Info Beasiswa S2 dan S3 Ontario Graduate Scholarship Kanada, Simak Cara Daftar dan Syaratnya
Dalam beberapa bulan terakhir, wanita Muslim di Provinsi Alberta telah menjadi sasaran dalam beberapa insiden kekerasan verbal dan fisik.
Pada bulan September, Mohamed-Aslim Zafis yang berusia 58 tahun ditikam secara fatal di luar sebuah masjid di ujung barat Toronto, tempat dia bekerja sebagai penjaga.
Itu mendorong seruan bagi pihak berwenang untuk menanggapi ancaman kekerasan sayap kanan lebih serius dan untuk menyelidiki serangan itu sebagai motivasi kebencian.
Komunitas Muslim di Kanada juga masih belum pulih dari penembakan massal Januari 2017 di sebuah masjid di Kota Quebec yang menewaskan enam pria Muslim dan melukai beberapa lainnya.
Tiga hari berkabung
Walikota London Ed Holder mengatakan dia memerintahkan bendera setengah tiang selama tiga hari berkabung. "Biar saya perjelas: Ini adalah tindakan pembunuhan massal, dilakukan terhadap Muslim - terhadap warga London - dan berakar pada kebencian yang tak terkatakan," kata Holder dalam sebuah pernyataan.
“Tindakan kebencian yang tak terkatakan ini, harus diikuti oleh tindakan kasih sayang, tindakan kebaikan, tindakan empati, tindakan solidaritas – keadilan – dan, di atas segalanya, cinta,” ujarnya.
Baca juga: Nyaman Tinggal di Kanada, Gisela Cindy Selalu Kepikiran Pulang ke Indonesia
Perdana Menteri Ontario Doug Ford juga mentweet ucapan belasungkawanya pada hari Senin. “Kebencian ini tidak punya tempat di Ontario. Keadilan harus ditegakkan atas tindakan kebencian mengerikan yang terjadi di London, Ontario kemarin," tulisnya.