TRIBUNNEWS.COM - Para pemimpin dari negara-negara yang tergabung dalam G7 mengakhiri pertemuan puncak mereka, setelah tiga hari mengikuti serangkaian pembahasan yang beragam.
Di antara topik yang menjadi sorotan, pertemuan G7 menitikberatkan pada janji untuk memvaksinasi negara-negara miskin terhadap virus corona, membuat perusahaan besar membayar pajak yang adil hingga rencana mengatasi perubahan iklim dengan perpaduan teknologi dan uang.
Di akhir pertemuan yang berlangsung pada Minggu (13/6/2021) di Cornwall, barat daya Inggris, para pemimpin negara-negara G7, yakni Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat, berupaya menampilkan kerja sama internasional setelah pergolakan pandemi dan ketidakpastian mantan Presiden AS Donald Trump.
Baca juga: Bertemu Ratu Elizabeth setelah KTT G7, Joe Biden Teringat Sosok Ibunya
Baca juga: KTT G7: Soal Asal-usul Covid-19, Kepala WHO Ungkap Para Pemimpin G7 Bahas Teori Kebocoran Lab Wuhan
Melansir Al Jazeera, berikut ini Tribunnews sajikan ringkasan dari pembahasan pertemuan G7 di Cornwall, Inggris:
1. Satu Miliar Dosis Vaksin
Kelompok G7 membuat rencana ambisius untuk menyediakan dosis vaksin bagi negara-negara kurang mampu yang sangat membutuhkannya.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson saat konferensi pers pada akhir KTT G7menuturkan bahwa kelompok tersebut akan menyediakan sekira 1 miliar dosis vaksin virus corona.
Setengah dari dosis vaksin yang dijanjikan G7 berasal dari AS dan 100 juta lainnya dari Inggris.
Sebagian besar dari dosis vaksin virus corona yang dijanjikan akan disalurkan melalui COVAX, sistem pembelian vaksin global yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Gavi, aliansi vaksin.
Sumbangan tersebut jauh dari jumlah suntikan yang dibutuhkan untuk memvaksinasi seluruh negara-negara miskin.
Selain itu, rencana tersebut tidak mengatasi kesenjangan distribusi yang dapat mempersulit pengiriman dosis.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dan pejabat kesehatan masyarakat lainnya memuji rencana tersebut.
Namun, mereka menyebut bahwa menjanjikan 1 miliar dosis vaksin itu tidak cukup.
Untuk benar-benar mengakhiri pandemi, katanya, dibutuhkan 11 miliar dosis untuk memvaksinasi setidaknya 70 persen populasi dunia pada pertengahan 2022.