TRIBUNNEWS.COM - China disebut berusaha merebut kendali sejumlah organisasi dunia menurut laporan dari Parlemen Inggris.
Dilansir SCMP, itu merupakan laporan terbaru dari Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Inggris.
Laporan yang terbit pada Kamis (17/6/2021), menuduh China "menindas" negara-negara untuk mendukung posisi mereka atau kandidatnya untuk posisi berpengaruh.
China, kata laporan ini, menggunakan pengaruh keuangan sebagai salah satu cara memperoleh dukungan.
Disebutkan, pengaruh keuangan "untuk mengalihkan kebijakan dari kerja sama yang diciptakan organisasi untuk dipromosikan."
Baca juga: Pakar Epidemiologi China: Fokus Penyelidikan Asal Usul Covid-19 Harus Bergeser ke AS
Baca juga: China Sumbang 500 Ribu Dosis CoronaVac ke Malaysia
Laporan dari Komite Urusan Luar Negeri Inggris ini berjudul "In the room: the UK’s role in multilateral diplomacy" dan bisa diakses secara online di situs UK Parliament.
Laporan itu menyerukan kepada pemerintah Inggris agar meningkatkan upaya untuk "memerangi pengaruh mereka yang berusaha memanipulasi dan merusak organisasi multilateral."
"Kami telah melihat upaya negara-negara seperti China untuk menguasai organisasi-organisasi penting yang strategis dan secara fundamental mendefinisikan kembali prinsip-prinsip yang pernah disepakati secara universal yang menjadi dasar mereka," kata laporan itu.
"Ini memungkinkan organisasi multilateral dipersenjatai melawan prinsip-prinsip pendirian yang menjadi dasar pendirian mereka."
Ketua Komite Urusan Luar Negeri, Tom Tugendhat, adalah salah satu kritikus China paling berpengaruh di Inggris.
Dikutip dari Times of India, laporan ini menyinggung enam organisasi multilateral utama.
Diantaranya WHO, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Interpol, Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC), Mahkamah Pidana Internasional (ICC), dan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE).
"Ada contoh China menggunakan leverage ekonominya, melalui Belt and Road Initiative, untuk mencapai dukungan di multilateral."
"Penggunaan diplomasi agresif oleh China, atau 'bullying', dapat dilihat dalam operasi di OHCHR dan HRC serta WHO," kata laporan itu.