TRIBUNNEWS.COM - Israel menyebut komunitas internasional harus memiliki keprihatinan besar tentang presiden terpilih baru Iran, Ebrahim Raisi.
Dilansir BBC.com, seorang juru bicara kementerian luar negeri Israel, Lior Haiat, mengatakan Raisi adalah presiden Iran yang paling ekstrem.
Haiat juga memperingatkan bahwa pemimpin baru itu pasti akan meningkatkan aktivitas nuklir Iran.
Ebrahim Raisi dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden Iran pada hari Sabtu (19/6/2021), dalam pemilihan yang secara luas dipandang dirancang untuk mendukungnya.
Raisi, yang akan dilantik pada Agustus, adalah hakim tertinggi Iran dan memiliki pandangan ultra-konservatif.
Baca juga: Israel Peringatkan Dunia Soal Presiden Baru Iran Ebrahim Raisi: Dia Penjagal Teheran
Baca juga: Profil Ebrahim Raisi, Presiden Baru Iran yang Baru Terpilih Hari Ini
Ia berada di bawah sanksi AS dan telah dikaitkan dengan eksekusi tahanan politik di masa lalu.
Dalam sebuah pernyataan setelah kemenangannya, Raisi berjanji untuk memperkuat kepercayaan publik kepada pemerintah, dan menjadi pemimpin bagi seluruh bangsa.
"Saya akan membentuk pemerintahan yang bekerja keras, revolusioner dan anti korupsi," katanya seperti dikutip media pemerintah.
Namun dalam cuitan di Twitter-nya, Lior Haiat mengatakan Raisi adalah "tokoh ekstremis, yang berkomitmen pada program nuklir militer Iran yang berkembang pesat".
Iran dan Israel telah lama berada dalam "perang bayangan", yang mengakibatkan kedua negara mengambil bagian dalam aksi balas dendam, tetapi sejauh ini tetap menghindari konflik.
Namun belakangan, permusuhan antara keduanya kembali meningkat.
Salah satu sumber ketegangan terbesar dipercaya adalah aktivitas nuklir Iran.
Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan ilmuwan nuklir utamanya tahun lalu dan serangan terhadap salah satu pabrik pengayaan uraniumnya pada April.
Baca juga: Pilpres Iran 2021: Pemungutan Suara Ditutup setelah 19 Jam, Siapa yang Keluar sebagai Pemenang?
Sementara itu, Israel tidak percaya bahwa program nuklir Iran adalah program yang murni damai.