TRIBUNNEWS.COM - Taliban menyerukan penerapan sistem Islam asli dalam pembicaraan damai untuk mengakhiri Perang Afghanistan, Minggu (20/6/2021).
Dilansir Reuters, menurut pihak Taliban, sistem ini bisa memastikan hak-hak bagi perempuan sejalan dengan tradisi dan agama.
Pernyataan ini muncul di tengah pembicaraan antara kelompok Taliban dan perwakilan pemerintah Afghanistan di Qatar, yang masih belum menunjukkan kemajuan.
Pembicaraan ini juga terjadi di tengah peningkatan kekerasan di seluruh Afghanistan menjelang penarikan pasukan Amerika Serikat pada 11 September.
Para pejabat menyuarakan keprihatinan atas negosiasi yang macet ini.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden Bertemu Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Jumat Nanti, Ini Tanggapan Taliban
Baca juga: Eks Komisioner KPK Mengaku Pertama Kali Dengar Istilah Taliban Saat Sidak di Bea Cukai Tahun 2008
Mereka mengatakan, Taliban belum mengajukan proposal perdamaian tertulis sebagai titik awal pembicaraan substantif.
"Kami memahami bahwa dunia dan warga Afghanistan memiliki pertanyaan tentang bentuk sistem yang akan dibentuk setelah penarikan pasukan asing," kata Mullah Abdul Ghani Baradar, kepala kantor politik Taliban dalam pernyataan.
Dia mengatakan bahwa topik ini lebih baik dibahas dalam negosiasi di Doha, Qatar.
Menurutnya, satu-satunya cara mengakhiri konflik adalah dengan membangun sistem Islam setelah kepergian pasukan asing.
"Sebuah sistem Islam sejati adalah cara terbaik untuk solusi dari semua masalah Afghanistan," katanya.
"Partisipasi kami dalam negosiasi dan dukungannya di pihak kami menunjukkan secara terbuka bahwa kami percaya dalam menyelesaikan masalah dengan saling memahami," lanjutnya.
Abdul Ghani Baradar menambahkan, bahwa perempuan dan kaum minoritas akan dilindungi.
Diplomat serta pekerja LSM akan bisa bertugas dengan aman.
"Kami menganggapnya sebagai komitmen untuk mengakomodasi semua hak warga negara kami, baik laki-laki atau perempuan, berdasarkan aturan agama Islam yang mulia dan tradisi mulia masyarakat Afghanistan," katanya.