News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Singgung Perjanjian Nuklir dengan AS, Presiden Baru Iran Ebrahim Raisi Menolak Bertemu Joe Biden

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto selebaran ini dibagikan oleh Klub Jurnalis Muda Iran (YJC) menunjukkan kandidat presiden Iran Ebrahim Raisi, selama debat ketiga yang disiarkan televisi menjelang pemilihan 18 Juni, di studio televisi Negara Iran di Teheran pada 12 Juni 2021.

Sebagai tanggapan, Teheran melanjutkan beberapa kegiatan nuklir.

Pada April lalu, negara Syiah ini mengumumkan niatnya untuk memperkaya uranium hingga kemurnian 60%, mendekati tingkat pengayaan 90% yang dianggap sebagai tingkat senjata.

Kendati demikian Iran berkali-kali menyangkal tuduhan tengah membuat senjata nuklir.

Raisi juga mengatakan dia berharap bisa memulihkan kembali hubungan dengan musuh regional Iran, yakni Arab Saudi.

Riyadh dan Teheran memutuskan hubungan pada 2016 setelah Arab Saudi mengeksekusi seorang ulama Syiah terkemuka, Nimr al-Nimr.

Beberapa jam kemudian, massa Iran menyerbu kedutaan Saudi di Teheran dan membakarnya.

Raisi adalah pemimpin Iran terpilih pertama yang berada di bawah sanksi AS.

Presiden Hassan Rouhani (kiri) mengambil bagian dalam konferensi pers dengan Presiden terpilih Ebrahim Raisi (kanan) selama kunjungannya untuk memberi selamat kepada ulama ultrakonservatif itu karena memenangkan pemilihan presiden. Ebrahim Raisi dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden Iran pada hari Sabtu, hasil yang diantisipasi secara luas setelah banyak politisi kelas berat dilarang mencalonkan diri. (STRINGER / Iranian Presidency / AFP)

Baca juga: Sosok Ebrahim Raisi, Presiden Baru Iran, Dipandang Israel sebagai Ekstremis

Baca juga: Israel Peringatkan Dunia Soal Presiden Baru Iran Ebrahim Raisi: Dia Penjagal Teheran

Raisi sebagai anggota pengadilan tinggi Iran, menurut catatan PBB menyetujui eksekusi kepada 9 anak pada 2018 dan 2019.

Berbagai kelompok HAM juga melaporkan bahwa Raisi terlibat dalam eksekusi massal kepada 5.000 tahanan politik.

Raisi tidak pernah berkomentar terkait laporan ini, namun saat ditanya soal eksekusi, dia justru memuji rekam jejaknya sebagai jaksa dan hakim.

"Saya selalu membela hak-hak rakyat. Hak asasi manusia telah menjadi basis paling mendasar di mana saya bekerja," katanya.

Amnesty International pada Sabtu, menuntut agar Ebrahim Raisi diselidiki atas tuduhan kejahatan kemanusiaan terkait eksekusi massal.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini