Menurut para ilmuwan, varian Delta (B.1.617.2) telah bermutasi lebih lanjut untuk membentuk varian Delta Plus (B.1.617.2.1 atau AY.1).
Baca juga: Jubir Kemenkes : Ada 151 Kasus Varian Delta di Indonesia Tersebar di 8 Provinsi
Ahli virologi sedang mencari tahu apakah varian baru ini mungkin dapat menghindari kekebalan lebih baik daripada varian Delta atau Beta.
Berdasarkan apa yang diketahui sejauh ini, Delta Plus dianggap sangat menular.
Salah satu risiko potensial yang memicu kegelisahan di kalangan komunitas medis adalah bahwa varian baru ini mungkin dapat melewati kekebalan yang diberikan oleh vaksin dan infeksi sebelumnya.
Namun, saat ini, belum ada bukti bahwa varian ini dapat lebih menular daripada yang lain, kata Prof Shahid Jameel, mantan anggota INSACOG dan salah satu ahli virologi terkemuka di India.
"Ini menyebabkan kekhawatiran tetapi jangan panik; apakah Delta Plus dapat mengalahkan kekebalan yang sudah ada sebelumnya lebih baik dari varian sebelumnya, itu masih harus dilihat," tambahnya.
Delta Plus memiliki mutasi yang disebut K417N, di samping mutasi Delta sebelumnya di N501Y.
Hal yang menjadi perhatian para peneliti adalah bahwa dua mutasi ini dapat membuat virus lebih mudah menular, menurut beberapa ilmuwan.
"Kombinasi fitur dari varian sebelumnya yang lain dapat membuat Delta Plus beradaptasi lebih baik untuk melawan kekebalan," ujar Prof Jameel kepada kantor berita ANI.
Berita lain seputar Virus Corona
(Tribunnews.com/Rica Agustina/Tiara Shelavie)