TRIBUNNEWS.COM, SREENAGAR — Puluhan ribu pekerja migran eksodus dari ibu kota Bangladesh pada Minggu (27/6/2021) waktu setempat menjelang pengetatan lockdown (penguncian) yang akan membatasi sebagian besar aktivitas ekonomi dan orang karena infeksi virus corona melonjak.
Pembatasan aktivitas dan pergerakan telah diberlakukan sejak pertengahan April lalu karena kasus positif dan kematian melonjak.
Kasus positif sempat turun pada Mei lalu, tetapi mulai naik lagi bulan ini, dengan lebih dari 6.000 kasus harian pada Kamis pekan lalu dan 108 orang meninggal pada Jumat (25/6/2021), menurut kementerian kesehatan ini adalah tertinggi dalam lebih dari dua bulan.
Ledakan kasus itu mendorong pemerintah untuk menerapkan pembatasan secara bertahap mulai Senin, dengan aktivitas ekonomi - termasuk toko-toko, pasar, transportasi dan kantor - ditutup pada hari Kamis.
Masyarakat akan diperintahkan untuk tetap berada di rumah, sementara hanya layanan darurat dan pabrik yang berorientasi ekspor tetap beroperasi.
Penutupan ini telah memicu eksodus dari Dhaka, ibukota.
Dengan transportasi umum antar kota sudah dihentikan sejak 22 Juni, orang-orang naik bajay, sepeda motor dan bahkan menyewa ambulans untuk kembali ke desa mereka.
Baca juga: Lockdown di Sejumlah Negara, Warga Bangladesh Eksodus, Ratusan Mayat Muncul di India
Feri beroperasi dengan frekuensi berlebih, sementara beberapa layanan beroperasi 24 jam sehari dan mengangkut lebih dari 1.000 penumpang ke setiap perjalanan.
"Kami tidak ingin mereka terlalu memadati feri. Tapi mereka tidak mendengarkan," kata sub inspektur polisi Mohammad Reza.
Seorang pejabat senior di Bangladesh Inland Water Transport Corporation yang dikelola negara mengatakan kepada AFP bahwa setidaknya 50.000 orang telah menyeberangi sungai dengan feri pada hari Minggu saja.
Di sebuah stasiun sungai di kota pedesaan Sreenagar sekitar 70km selatan Dhaka, ribuan orang mengantri dari pagi hari di Minggu (27/6/2021) untuk menyeberangi Padma, anak sungai Himalaya Sungai Gangga.
"Kami tidak punya pilihan selain meninggalkan kota," kata Fatema Begum, 60 tahun, kepada AFP sambil menunggu feri.
"Selama lockdown, tidak ada pekerjaan. Dan jika kita tidak bekerja, bagaimana kita membayar sewa? Jadi kami mengemas semuanya dan akan kembali ke desa kami."
Mohammad Masum, 30 tahun, seorang pedagang kaki lima di Dhaka, mengatakan lebih baik kembali ke kampung halaman dan "menghabiskan waktu bersama keluarga" daripada dikurung di ibukota.
Bangladesh telah melaporkan lebih dari 880.000 kasus infeksi dan lebih dari 14.000 orang meninggal karena virus corona. Tetapi para ahli mengatakan korban sebenarnya bisa jauh lebih tinggi karena kemungkinan kurang dilaporkan.(AFP/Channel News Asia)