TRIBUNNEWS.COM - Singapura tengah mempersiapkan warganya untuk hidup berdampingan dengan Covid-19.
Negara tersebut menyatakan akan menganggap Covid-19 seperti flu atau penyakit endemik lainnya.
Straits Times mengabarkan, pihak terkait mengatakan, virus akan terus bermutasi.
Setiap tahun, banyak orang terkena flu dan sebagian besar sembuh tanpa perlu dirawat di rumah sakit.
Baca juga: Siti Fadilah : Belum Ada Sejarahnya Vaksinasi Hentikan Pandemi, Ini Percobaan Pertama di Dunia
Baca juga: Sindikat Penipuan Berkedok Pacaran Virtual Lintas Negara Dibongkar Polisi Singapura dan Malaysia
Di negara besar, jumlah orang yang dirawat di rumah sakit karena influenza juga bisa sangat besar.
Misalnya, di Amerika Serikat, ratusan ribu orang dirawat di rumah sakit bahkan ribuan orang meninggal setiap tahun karena flu.
Namun, karena kemungkinan orang jatuh sakit akibat influenza sangat rendah, orang-orang hidup dengannya.
Menteri Perdagangan Singapura, Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung angkat bicara dalam editorial di Straits Times pekan ini.
"Kabar buruknya adalah Covid-19 mungkin tidak akan pernah hilang," kata mereka.
"Kabar baiknya adalah ada kemungkinan untuk hidup normal dengan Covid di tengah-tengah kita," imbuh mereka.
Negara berpenduduk 5,7 juta juga itu akan menghapus aturan karantina bagi para pelancong dan kontak dekat kasus tidak perlu melakukan isolasi.
Singapura menegaskan tak akan mengejar transmisi nol dan tak akan mengumumkan lagi jumlah kasus harian.
Nzherald menulis, kebijakan terbaru ini berada di bawah rencana yang dikeluarkan oleh Menteri Kung, Yong, dan Wong yang membentuk gugus tugas multi-kementerian Covid-19 Singapura.
Meski demikian, penduduk Singapura masih perlu mengikuti tes Covid-19 untuk bepergian atau bekerja.
"Setiap tahun, banyak orang terkena flu. Sebagian besar sembuh tanpa perlu dirawat di rumah sakit, dan dengan sedikit atau tanpa pengobatan."
"Namun sebagian kecil, terutama orang tua dan mereka yang memiliki penyakit penyerta, bisa sakit parah, dan beberapa meninggal," jelas mereka.
Baca juga: Ilmuwan China Bantah Teori Covid-19 Berasal dari Kebocoran Institut Virologi Wuhan
Lalu apa kuncinya agar rencana tersebut dapat berjalan?
Inilah beberapa fakta terkait kebijakan baru Singapura berikut ini:
Vaksinasi
Menurut para menteri senior Singapura, vaksinasi adalah kunci agar rencana ini dapat berjalan.
Singapura akan memvaksin dua per tiga penduduknya setidaknya satu kali suntikan dalam beberapa minggu.
Kemudian, dua per tiga masyarakat divaksinasi penuh pada awal Agustus.
Singapura telah mencatat beberapa penduduk setempat yang divaksinasi lengkap terkena Covid-19, tetapi tidak satu pun dari mereka yang memiliki gejala serius.
"Buktinya jelas: Vaksin sangat efektif dalam mengurangi risiko infeksi dan juga penularan."
"Bahkan jika Anda terinfeksi, vaksin akan membantu mencegah gejala Covid-19 yang parah," jelas para menteri lewat Straits Times.
Baca juga: Buronan Hendra Subrata Tertangkap di Singapura Berkat Kejelian Petugas Imigrasi KBRI Singapura
Pengujian akan lebih mudah
Untuk hidup berdampingan dengan Covid-19, Singapura tetap akan menjalankan pengujian dan pengawasan, tetapi fokusnya akan berbeda.
"Kami masih membutuhkan pengujian ketat di perbatasan kami untuk mengidentifikasi siapa pun yang membawa virus, terutama varian yang menjadi perhatian," jelas para menteri.
Perawatan yang lebih baik
Para ilmuwan di seluruh dunia sedang mengerjakan pengobatan untuk Covid-19.
"Saat ini, kami telah memiliki serangkaian perawatan yang efektif, yang merupakan salah satu alasan mengapa angka kematian Covid-19 di Singapura termasuk yang terendah di dunia," kata para menteri.
Baca juga: Perludem: Pandemi Covid-19 Tak Bisa Jadi Alasan Masa Jabatan Presiden Tiga Periode
Tanggung jawab sosial
Warga Singapura dapat hidup berdampingan dengan Covid-19.
Namun hal ini tergantung pada penerimaan masyarakat dan perilaku kolektif mereka.
"Jika kita semua mempraktikkan kebersihan yang baik, kita cenderung tidak terinfeksi."
"Jika kita semua peduli satu sama lain, menjauhi keramaian saat merasa tidak enak badan, kita akan mengurangi penularan."
"Jika kita semua memikul beban bersama - pekerja menjaga rekan kerja mereka tetap aman dengan tinggal di rumah saat sakit, dan majikan tidak menyalahkan mereka - masyarakat kita akan jauh lebih aman," tegas para menteri.
Baca juga: Sebagian Masyarakat Masih Ngeyel karena Mitos dan Hoaks Seliweran Saat Pandemi Covid-19
Normal baru
Masih diwartakan Straits Times, norma baru di Singapura mungkin terlihat seperti ini:
Pertama, orang yang terinfeksi dapat menjalani perawatan di rumah hingga sembuh, karena dengan vaksinasi gejalanya sebagian besar akan ringan.
"Kami tidak akan terlalu khawatir tentang sistem perawatan kesehatan yang kewalahan."
Kedua, mungkin tidak perlu melakukan pelacakan kontak besar-besaran dan mengkarantina orang setiap kali kita menemukan infeksi.
Orang-orang dapat menguji diri mereka sendiri secara teratur menggunakan berbagai tes yang cepat dan mudah.
"Jika positif, mereka dapat mengonfirmasi dengan tes PCR dan kemudian mengisolasi diri."
Ketiga, alih-alih memantau jumlah infeksi Covid-19 setiap hari, Singapura akan fokus pada hasil.
Yaitu berapa banyak yang jatuh sakit parah, berapa banyak di unit perawatan intensif, berapa banyak yang perlu diintubasi untuk oksigen, dan sebagainya.
"Ini seperti bagaimana kita sekarang memantau influenza."
Keempat, secara progresif Singapura berniat melonggarkan aturan manajemen yang aman dan melanjutkan pertemuan besar serta di acara-acara besar, seperti Parade Hari Nasional atau Hitung Mundur Tahun Baru.
Dengan normal baru ini, para pelaku usaha akan mendapat kepastian operasionalnya tidak terganggu.
Kelima, Singapura akan membuka perjalanan lagi, setidaknya ke negara-negara yang juga telah mengendalikan virus dan mengubahnya menjadi norma endemik.
"Kami akan saling mengenali sertifikat vaksinasi masing-masing."
Wisatawan, terutama yang divaksinasi, dapat melakukan tes sendiri sebelum keberangkatan dan dibebaskan dari karantina dengan hasil tes negatif pada saat kedatangan.
Berita lain terkait Virus Corona
(Tribunnnews.com/Andari Wulan Nugrahani)