Laporan Wartawan Tribunnews, Fitru Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Selasa (29/6/2021) kemarin memberikan starus 'bebas Malaria', setelah 70 tahun berjuang menghadapi penyakit yang melumpuhkan itu.
Dalam pernyataan resminya, WHO menyebut sertifikasi bebas malaria untuk China adalah 'prestasi besar' bagi negara yang melaporkan 30 juta kasus malaria setiap tahunnya sejak 1940-an.
Situs Sputnik News, Rabu (30/6/2021) melansir, Direktur Jenderal (Dirjen) WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus pun mengucapkan selamat kepada negara yang terletak di kawasan Asia Timur itu.
"Hari ini kami mengucapkan selamat kepada rakyat China yang telah membersihkan negara itu dari Malaria. Keberhasilan mereka diperoleh dengan susah payah, dengan pengumuman ini, China bergabung dengan banyak negara yang telah membuktikan kepada dunia bahwa masa depan bebas malaria adalah tujuan yang harus dicapai," kata Tedros.
Baca juga: Sama-sama Disebabkan oleh Nyamuk, Kenali Perbedaan Penyakit Malaria dan DBD
Untuk menerima status bebas malaria, suatu negara harus mencapai nol kasus penyakit tersebut selama tiga tahun berturut-turut dan kemudian mengajukan sertifikasi.
Baca juga: Hari Malaria: Menkes Sebut Malaria Serupa dengan Covid-19, Berikut Kesamaannya
China adalah wilayah ke-40 yang diberikan sertifikasi setelah pemberitahuan serupa juga diterima oleh El Salvador pada 2021, serta Aljazair, Argentina, Uzbekistan dan Paraguay pada 2018.
Baca juga: DKI Jakarta, Jawa Timur dan Bali Dinyatakan Sukses Eliminasi Kasus Malaria 100 Persen
Di Wilayah Pasifik Barat WHO, China adalah negara pertama yang dinyatakan bebas malaria selama lebih dari tiga dekade.
Sebelumnya, pada 1980-an, negara seperti Australia, Singapura, dan Brunei Darussalam telah dianugerahi status tersebut.