Selain seruan untuk dialog dan diakhirinya kekerasan, rencana tersebut juga menyerukan penunjukan utusan khusus dan akses kemanusiaan yang lebih besar ke daerah-daerah yang terkena dampak konflik.
Namun, militer sejak itu tidak menunjukkan niat untuk menindaklanjuti dan malah mengulangi rencananya sendiri yang sama sekali berbeda untuk memulihkan ketertiban dan demokrasi.
Kurangnya tindakan militer telah membuat frustrasi anggota ASEAN yang paling vokal, termasuk Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Sementara Rusia juga telah menyatakan keprihatinan tentang kekerasan di Myanmar, adalah salah satu dari sedikit negara yang mengakui pemerintahan Min Aung Hlaing.
Rusia merupakan pemasok utama senjata dan pelatihan untuk militer Myanmar dan telah mengirim pejabat tinggi ke negara itu untuk bertemu para jenderal.
Pada Juni 2021 lalu, Rusia menyambut Min Aung Hlaing dan delegasi militer untuk kunjungan panjang ke Moskow, di mana ia memberikan banyak pidato dan wawancara media dan dianugerahi gelar profesor kehormatan.
Lebih lanjut, Lavrov dan Retno Marsudi dijadwalkan untuk memimpin pertemuan video dengan menteri luar negeri ASEAN lainnya sebelum utusan Rusia berangkat ke negara Asia Tenggara lainnya, Laos.
Lima Poin Konsensus KTT ASEAN di Jakarta
Para pemimpin dan perwakilan negara-negara ASEAN telah menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, Sabtu (24/4/2021).
Diketahui, KTT ASEAN kali ini merupakan upaya internasional terkoordinasi pertama untuk meredakan krisis di Myanmar.
Dalam pertemuan yang dipimpin oleh Sultan Brunei Hassanal Bolkiah tersebut, ASEAN menyatakan keprihatinan yang mendalam atas situasi di Myanmar.
Baca juga: Demonstran Rayakan Ulang Tahun Pemimpin Kudeta dengan Ritual Pemakaman: Ingin Dia Segera Meninggal
Baca juga: Junta Minta Perusahaan Telekomunikasi Aktifkan Spyware untuk Memata-matai Komunikasi di Myanmar
"Kami, sebagai keluarga ASEAN, berdiskusi secara dekat tentang perkembangan terakhir di Myanmar dan menyatakan keprihatinan kami yang mendalam atas situasi di negara itu, termasuk laporan korban jiwa dan eskalasi kekerasan," kata Hassanal Bolkiah.
"Kami mengakui peran positif dan konstruktif ASEAN dalam memfasilitasi solusi damai untuk kepentingan rakyat Myanmar dan mata pencaharian mereka," tambahnya, dikutip dari Channel News Asia.
Selanjutnya, negara-negara anggota ASEAN menyepakati perlunya segera penghentian krisis di Myanmar.