Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kementerian Keuangan Jepang mengumumkan bahwa penerimaan pajak tahun lalu melebihi 60 triliun yen.
Terlepas dari dampak virus corona, alasan utamanya adalah peningkatan pendapatan pajak perusahaan karena “membutuhkan permintaan” dan faktor lainnya.
Menurut Kementerian Keuangan, penerimaan pajak negara itu tahun lalu meningkat 2 triliun 380,1 miliar yen dari tahun sebelumnya menjadi 60 triliun 821,6 miliar yen, rekor tertinggi baru.
Meskipun dipengaruhi oleh virus corona, faktor utamanya adalah peningkatan signifikan dalam pendapatan pajak perusahaan karena apa yang disebut "permintaan yang membutuhkan" dan industri manufaktur yang kuat karena pemulihan ekonomi di Amerika Serikat dan China.
Baca juga: Jepang Pertimbangkan Beri Bantuan Obat Terapeutik untuk Tangani Covid-19 di Indonesia
Selain itu, pajak konsumsi meningkat 14,3 persen dari tahun sebelumnya menjadi 20 triliun 971,4 miliar yen, yang merupakan penerimaan pajak terbesar di luar pajak penghasilan.
Namun, total anggaran untuk rekening umum tahun ini adalah 106,6 triliun yen, rekor tertinggi untuk tahun kesembilan berturut-turut.
"Penerimaan pajak hanya sekitar setengah dari itu, dan setengah lainnya ditutupi oleh obligasi pemerintah, yang merupakan utang nasional, dan situasi keuangan Jepang tampaknya terus memburuk," ungkap sumber Tribunnews.com, Selasa (6/9/2021).
Sementara itu beasiswa (ke Jepang) dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.