TRIBUNNEWS.COM - Dua pembangkit listrik utama di Lebanon dimatikan pada Jumat (9/7/2021) hingga membuat sebagian besar wilayah mengalami pemadaman listrik nyaris total.
Pembangkit listrik dimatikan karena keduanya kehabisan bahan bakar.
Dilansir BBC, kondisi ini memperburuk krisis yang membuat orang hanya bisa menerima listrik dua jam sehari.
Lemahnya mata uang asing membuat negara ini kesulitan membayar pemasok energi dari luar negeri.
Baca juga: Analis: Krisis Lebanon Bisa jadi Satu dari 3 yang Terburuk di Dunia dalam 150 Tahun
Baca juga: KSAL Kunjungi Awak KRI Sultan Hasanuddin-366 yang Selesai Jalankan Misi Perdamaian di Lebanon
Lebanon juga tidak mampu membayar importir obat-obatan asing, hingga apotek melakukan pemogokan.
Dua pembangkit listrik terbesar Lebanon, Deir Ammar dan Zahrani, yang memasok sekitar 40% kebutuhan listrik di negara ini dimatikan pada Jumat lalu, menurut keterangan Electricite Du Liban (EDL).
Dilaporkan kapal-kapal yang mengangkut bahan bakar seperti minyak dan gas menolak menurunkan muatan sebelum dilunasi.
Menurut laporan BBC, sebagian besar wilayah Lebanon juga mengalami penjatahan air.
Sayangnya stasiun penyedia air yang digerakkan diesel kekurangan pasokan bahan bakar.
Lebanon telah jatuh dalam krisis ekonomi selama 18 bulan terakhir.
Mata uang negara ini, Pound Lebanon jatuh ke rekor terendah.
Toko-toko obat melakukan protes dengan tidak beroperasi pada Jumat lalu, karena tidak ada pasokan yang masuk.
Asosiasi pemilik apotek mengumumkan pemogokan di seluruh Lebanon dan mengklaim 80% toko di ibu kota Beirut ditutup.
Tentara Buka Usaha Tur Helikopter