News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

UPDATE Kerusuhan di Afrika Selatan: Lebih dari 1.700 Orang Ditangkap, 72 Orang Dilaporkan Tewas

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dalam file foto ini diambil pada 04 Juli 2021 Mantan presiden Afrika Selatan Jacob Zuma berbicara kepada para pendukungnya di depan rumah pedesaannya di Nkandla untuk pertama kalinya sejak dia dijatuhi hukuman 15 bulan karena penghinaan terhadap pengadilan.

TRIBUNNEWS.COM - Situasi Afrika Selatan sedang berkecamuk selama enam hari ini, ketika kekerasan dan penjaran memicu gangguan pada kerusuhan terburuk dalam beberapa dasawarsa terakhir.

Kekerasan yang terjadi pun memperangaruhi berbagai sektor, seperti pertanian, manufaktur hingga penyulingan minyak.

Kerusuhan itu terjadi setelah mantan Presiden Jacob Zuma menyerahkan diri kepada pihak berwenang pada Rabu (7/7/2021).

Zuma dijatuhi hukuman 15 bulan penjara karena menentang perintah pengadilan konstitusi untuk memberikan bukti pada penyelidikan yang menyelidiki korupsi tingkat tinggi selama sembilan tahun dia menjabat.

Baca juga: Dari Eks-Persib Hingga Jebolan Liga di Afrika, Ini Deretan Pemain Naturalisasi Persis Solo

Baca juga: POPULER Internasional: Kata WHO Soal Penggunaan 2 Vaksin Berbeda | Rusuh di Afrika Selatan

Seorang tersangka penjarah memohon kepada seorang tentara Pasukan Pertahanan Nasional Afrika Selatan (SANDF) yang menangkap tersangka penjarah di mal Jabulani di Soweto di pinggiran Johannesburg pada 13 Juli 2021. (Emmanuel Croset/AFP)

Keputusan untuk memenjarakannya merupakan hasil dari proses hukum yang dilihat sebagai ujian kemampuan Afrika Selatan untuk menegakkan supremasi hukum, termasuk terhadap politisi yang kuat.

Al Jazeera melaporkan sebelumnya, adapun pemenjaraan presiden yang mengakhiri jabatan pada 2018 itu, menimbulkan kemarahan dari orang-orang pro-Zuma.

Presiden Cyril Ramaphosa pada Senin (12/7/2021) malam bahwa dia mengirim pasukan untuk membantu polisi yang kewalahan menghentikan kerusuhan dan memulihkan ketertiban.

Korban tewas akibat kekerasan selama lima hari di Afrika Selatan telah meningkat menjadi 72 orang, meskipun Ramaphosa mengerahkan pasukan untuk memadamkan kerusuhan.

"Jumlah orang yang kehilangan nyawa sejak awal protes ini telah meningkat menjadi 72 orang," kata polisi pada Selasa (13/7/2021).

Di sisi lain, kemiskinan telah diperburuk oleh pembatasan sosial dan ekonomi yang ketat yang bertujuan untuk mengekang penyebaran Covid-19.

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa berbicara pada peluncuran prakarsa untuk mendukung produksi vaksin di kampus "Masa Depan Afrika" di Pretoria, pada 28 Mei 2021, selama kunjungan presiden Prancis. Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan kunjungan resmi dua hari ke negara itu. (Ludovic MARIN / AFP)

Lebih dari 1.200 orang telah ditangkap dalam pelanggaran hukum yang berkecamuk di daerah miskin di dua provinsi.

Di mana sebuah stasiun radio komunitas digeledah dan dipaksa mengudara pada hari Selasa dan beberapa pusat vaksinasi Covid-19 ditutup, mengganggu vaksiansi yang sangat dibutuhkan.

Banyak kematian di provinsi Gauteng dan KwaZulu-Natal terjadi dalam kekacauan saat ribuan orang mencuri makanan, peralatan listrik, minuman keras dan pakaian dari toko, kata polisi.

Pengerahan 2.500 tentara untuk mendukung polisi Afrika Selatan yang kewalahan sejauh ini gagal menghentikan penjarahan yang merajalela.

Baca juga: Afrika Selatan Dilanda Kerusuhan Mematikan sebagai Buntut Pemenjaraan Jacob Zuma

Baca juga: Kekerasan dan Penjarahan di Afrika Selatan setelah Penangkapan Mantan Presiden Zuma

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini