TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews dalam kanal Internasional tersaji dalam artikel ini.
Di antaranya, seorang pawang ular di Filipina tewas digigit ularnya sendiri.
Di Afrika Selatan, kerusuhan yang terjadi mengakibatkan lebih dari 100 orang tewas. Sekitar 22 ribu tentara dikerahkan.
Sementara itu, Myanmar mencatat rekor kematian tertinggi akibat virus corona, membuat layanan pemakaman kewalahan.
Di saat yang sama, junta militer disebut menimbun pasokan oksigen dan menghalang-halangi akses rumah sakit swasta.
1. Pawang Ular di Filipina Tewas Digigit Kobra, Sempat Mengaku Kebal Bisa
Seorang pria yang dijuluki 'Manusia Ular' di Filipina tewas setelah seekor kobra mengigit lidahnya.
Dilansir Mirror, Bernardo Alvarez (62) mengaku kebal terhadap bisa ular.
Ia pun melakukan atraksi mencium ular tersebut sebelum akhirnya tergigit.
Bernardo pertama kali menemukan Kobra Filipina Utara itu pada 9 Juli.
Para warga di Kota Mangaldan, Provinsi Pangasinan bersorak saat Bernardo berhasil 'menjinakkan' makhluk mematikan itu.
Namun, ketika dia memamerkan ular itu kepada penonton, Bernardo memegang ular kobra di dekat bibirnya seolah dia mencoba menciumnya.
Baca juga: 17 Jam Damkar Kota Jambi Evakuasi Ular Kobra di Pipa Pembuangan Air
Baca juga: Ular Kobra 1,5 Meter Kejutkan Penghuni Rumah di Kuningan, Awalnya Ada Suara Mendesis di Kamar Mandi
Namun ular kobra itu menyerang mulutnya dan menggigit lidahnya.
Bernardo menjerit kesakitan sebelum menjatuhkan ular kobra itu ke tanah.
Ia lalu ambruk dan meninggal tak lama setelah menunggu petugas medis datang.
Penduduk setempat yang marah lalu membunuh ular itu.
2. Kerusuhan di Afrika Selatan: 22.000 Tentara Dikerahkan saat Jumlah Korban Tewas Capai 100 Jiwa
Afrika Selatan mulai mengerahkan lebih dari 20.000 tentara pada Kamis (15/7/2021), untuk membantu polisi memadamkan kerusuhan yang telah berlangsung selama seminggu.
Pihak berwenang mengungkapkan perintah tersebut dikeluarkan ketika jumlah korban tewas akibat kerusuhan di Afrika Selatan melonjak menjadi 117 orang, menyusul pemenjaraan mantan Presiden Jacob Zuma.
Dalam salah satu pengerahan tentara terbesar sejak berakhirnya kekuasaan minoritas kulit putih pada 1994, pemerintah mengatakan 10.000 tentara turun ke jalan pada Kamis pagi (15/7/2021).
Dilansir Al Jazeera, Angkatan Pertahanan Nasional Afrika Selatan juga telah memanggil semua pasukan cadangannya yang terdiri dari 12.000 tentara.
Baca juga: Fakta Kerusuhan di Afrika Selatan: Terjadi setelah Presiden Jacob Zuma Ditahan, 72 Warga Tewas
Baca juga: UPDATE Kerusuhan di Afrika Selatan: Lebih dari 1.700 Orang Ditangkap, 72 Orang Dilaporkan Tewas
Konvoi lebih dari selusin pengangkut personel membawa tentara pada Kamis (15/7/2021) ke provinsi Gauteng, yang paling padat penduduknya di Afrika Selatan, yang meliputi kota terbesar, Johannesburg, dan ibu kota eksekutif, Pretoria.
Bus, truk, pesawat terbang, dan helikopter juga digunakan untuk memindahkan pengerahan besar pasukan ke tempat-tempat bermasalah di provinsi Gauteng dan KwaZulu-Natal yang telah mengalami kekerasan selama seminggu di daerah-daerah yang sebagian besar miskin.
Kerusuhan, yang dimulai Jumat lalu, dipicu oleh pemenjaraan mantan Presiden Zuma tetapi melebar menjadi keluhan atas ketidaksetaraan dan kemiskinan.
"Lebih dari 2.200 orang telah ditangkap," klaim pejabat menteri di kepresidenan, Khumbudzo Ntshavheni pada konferensi pers, menambahkan bahwa Johannesburg sekarang "relatif tenang".
Namun di provinsi KwaZulu-Natal, pusat kekerasan, menteri mengatakan "situasi tetap tidak stabil, tetapi jauh lebih baik dan bergerak menuju stabilitas".
Sekitar 100 tindakan kekerasan telah tercatat pada hari Rabu, tetapi kurang dari tiga lusin pada hari Kamis, katanya.
3. Myanmar Catat Rekor Kematian dan Infeksi Virus Corona, Layanan Pemakaman Kewalahan
Mynamar yang berada di bawah kendali militer melaporkan rekor kasus infeksi dan kematian akibat Covid-19, pada Rabu (14/7/2021).
Negara yang tengah mengalami gejolak politik tersebut menderita gelombang infeksi paling parah sejak pandemi merebak di sana.
Dilansir Reuters yang mengutip angka Kementerian Kesehatan, MRTV, ada 7.089 kasus baru dan 145 kematian akibat Covid-19.
Jumlah ini naik tajam dari angka hari sebelumnya.
Baca juga: Dokter Sebut Junta Myanmar Menimbun Pasokan Oksigen dan Vaksin, Akses Rumah Sakit Swasta Dipersulit
Baca juga: Ratusan Aktivis Antikudeta Myanmar Gelar Unjuk Rasa Lagi: Kami Tidak Takut Covid-19 dan Junta
Layanan pemakaman Myanmar kewalahan saat jumlah korban Covid meningkat
Ratusan mayat di Myanmar menumpuk untuk dimakamkan setiap harinya, kata layanan yang mengangkut mayat dan mengatur upacara.
Dilansir Reuters, laporan dari berbagai bagian Myanmar menunjukkan, jumlah kematian harian lebih tinggi daripada yang diberikan oleh kementerian kesehatan, yang mencapai rekor 145 kematian pada hari Rabu.
Reuters tidak dapat menghubungi Kementerian Kesehatan atau juru bicara junta untuk memberikan komentar lebih lanjut mengenai angka tersebut.
Jumlah pemakaman di pemakaman Yay Way di kota terbesar Myanmar, Yangon, sekitar 200 per hari selama seminggu terakhir.
Jumlah ini lebih dari dua kali lipat dari yang biasanya.
4. Dokter Sebut Junta Myanmar Menimbun Pasokan Oksigen dan Vaksin, Akses Rumah Sakit Swasta Dipersulit
Junta militer Myanmar disebut menimbun oksigen dan membatasi akses perawatan medis di tengah krisis Covid-19 yang memburuk di negara itu, menurut para dokter dan penduduk.
Lebih dari lima bulan setelah militer merebut kekuasaan melalui kudeta pada Februari lalu, junta telah menghalangi klinik kesehatan swasta untuk mendapatkan pasokan oksigen.
Junta juga menghalangi warga membeli pasokan oksigen dari produsen oksigen, kata petugas kesehatan kepada The New York Times, seperti yang dilansir Insider.
Pekerja amal mengatakan kepada outlet berita tersebut bahwa junta juga telah membatasi badan amal untuk memberikan oksigen kepada mereka yang membutuhkan.
Menurut The Irrawaddy, sebuah situs berita yang didirikan oleh orang-orang dari Burma yang tinggal di Thailand, junta memerintahkan pabrik oksigen swasta untuk tidak mengisi ulang tabung oksigen mereka.
Baca juga: Ratusan Aktivis Antikudeta Myanmar Gelar Unjuk Rasa Lagi: Kami Tidak Takut Covid-19 dan Junta
Baca juga: Blinken Desak ASEAN Ambil Aksi soal Konflik Myanmar, RI Merespon
Junta justru berbalik mengklaim bahwa wargalah yang menimbun persediaan.
Saat ini, Myanmar mencatat jumlah kasus COVID-19 tinggi diduga akibat varian Delta yang menyebar dengan cepat.
Negara ini mencatat kasus harian di atas 5.000 kasus.
(Tribunnews.com)