News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Bangladesh Cabut Lockdown selama 9 Hari untuk Merayakan Idul Adha, Puluhan Juta Orang Padati Pasar

Penulis: Rica Agustina
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus corona - Pemerintah Bangladesh menangguhkan lockdown selama 9 hari untuk merayakan Iduladha. Puluhan juta orang tampak memadati pasar dan terminal.

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Bangladesh mengumumkan penangguhan penguncian atau lockdown pencegahan penularan virus corona (Covid-19), mulai 15 Juli hingga 23 Juli 2021.

Semua aturan pembatasan sosial dicabut dalam rangka perayaan hari raya Idul Adha.

Diketahui, penduduk Bangladesh mayoritas Muslim, sehingga perayaan Idul Adha merupakan keuntungan bagi perekonomian negara Asia Selatan itu.

Dikutip dari CNA, tercatat puluhan juta orang Bangladesh berbelanja dan bepergian pada minggu ini.

Mohammed Nijam, seorang pekerja konstruksi turut memanfaatkan kesempatan penangguhan lockdown untuk kembali ke kampung halamannya.

Baca juga: 3 Negara Tetangga Indonesia Pecah Rekor Covid-19, Faskes di Vietnam Diambang Kolaps

Baca juga: Suasana Pilu Warga Gaza Menyambut Hari Raya Idul Adha, Masih Teringat Duka Kehilangan Keluarga

Dia menunggu di antara ratusan orang sesama perantau untuk naik feri dari ibu kota Bangladesh, Dhaka.

Najim tahu betul risiko tertular virus corona, tetapi dia merasa lebih berisiko untuk tinggal di Dhaka dengan lockdown yang akan diberlakukan kembali setelah perayaan Idul Adha.

Najim lebih memilih menanggung risiko tersebut daripada harus membayar sewa setiap bulan sementara dia tidak punya pekerjaan.

"Saya harus membayar sewa setiap bulan meskipun saya tidak punya pekerjaan," kata Najim, seraya menambahkan bahwa pemiliknya telah mengganggunya demi uang bahkan ketika dia berjuang hanya untuk memberi makan dirinya sendiri.

"Saya lebih suka pergi ke rumah desa saya dan menjalani hidup seperti yang Tuhan izinkan," kata Najim.

Sama halnya dengan Najim, Shah Alam, seorang teknisi gigi, juga turut barbaur dalam kerumunan besar orang yang berbelanja di Pasar Baru Dhaka.

Dia menggunakan kesempatan penangguhan lockdown untuk membeli barang-barang yang diperlukan.

Untuk mengurangi risiko tertular Covid-19, Alam mencoba mengikuti pedoman keselamatan kesehatan.

"Karena pemerintah telah melonggarkan situasi selama beberapa hari, kami datang ke pasar untuk membeli barang-barang yang diperlukan. Kami mencoba mengikuti pedoman keselamatan kesehatan," kata Alam.

Sementara itu, penangguhan lockdown telah disorot oleh para ahli kesehatan yang memperingatkan hal tersebut dapat memperburuk lonjakan berkelanjutan yang dipicu oleh Covid-19 varian Delta yang sangat menular, yang pertama kali terdeteksi di negara tetangga India.

Warga Bangladesh padati terminal feri untuk meninggalkan Dhaka jelang pemberlakuan lockdown nasional mulai Senin (28/6/2021) (AFP)

Be-Nazir Ahmed, pakar kesehatan masyarakat dan mantan kepala Direktorat Kesehatan pemerintah mengingatkan mengenai kelangkaan tempat tidur dan ICU yang sudah terjadi di Bangladesh.

Selain itu, penyedia layanan kesehatan juga sudah kelelahan, sehingga hampir tidak mungkin untuk menangani krisis.

"Sudah ada kelangkaan tempat tidur, ICU, sementara penyedia layanan kesehatan kami kelelahan, hampir tidak mungkin untuk menangani krisis," kata Ahmed.

Dengan penyebaran virus yang merajalela, hampir semua sektor di Bangladesh diperintahkan ditutup pada 1 Juli 2021, dari pasar hingga transportasi massal.

Tentara dan penjaga perbatasan berpatroli di jalan-jalan dan ribuan orang ditangkap dan dikirim ke penjara karena melanggar aturan lockdown.

Namun, bahkan dengan dilakukannya pembatasan mobilitas masyarakat, kematian akibat virus corona masih berkisar sekitar 200 jiwa setiap hari, dan infeksi harian masih sekitar 11.000.

Menurut data worldometers.info, per Senin (19/7/2021) pukul 20.30 WIB, angka kematian bertambah 231 jiwa menjadi 18.125 jiwa, dan infeksi harian bertambah 13.321 kasus menjadi 1.117.310 kasus.

Terlepas dari peringatan para ahli, pejabat pemerintah belum menanggapi kritik terhadap pemberlakukan penangguhan lockdown.

Seorang pejabat di Kementerian Administrasi Publik, yang mengeluarkan perintah untuk menghentikan lockdown, merujuk The Associated Press ke pernyataan kebijakan ketika dimintai komentar.

Panggilan dan email ke juru bicara Kementerian Kesehatan tidak dibalas.

"Tetapi, dalam semua situasi orang harus tetap waspada, menggunakan masker wajah dan mengikuti instruksi kesehatan dengan ketat," kata pernyataan kebijakan pemerintah.

Baca juga: Kabar Corona Dunia: Indonesia Pecah Rekor Kematian, Inggris Siap Pesta, India Khawatir Gelombang 3

Baca juga: Dua Pertiga Warga Jepang Tidak Percaya Olimpiade Tokyo Aman Dari Covid-19

Seorang menteri junior dari Kementerian Administrasi Publik, Farhad Hossain, mengatakan kepada media lokal pada hari Sabtu bahwa lockdown perlu dilonggarkan karena banyak bisnis berputar di sekitar perayaan Idul Adha.

Seperti yang terlihat bagaimana di ibu kota terdapat kerumunan orang yang memadati mal dan pasar untuk berbelanja liburan mereka dan yang lainnya memadati pelabuhan dan terminal bus untuk pulang ke kampung halaman mereka di pedesaan.

Lebih lanjut, Ahmed mengatakan dia melihat risiko utama dari penangguhan lockdown karena orang-orang dari kota menyebarkan virus ke desa mereka.

Orang-orang juga menyebarkan virus saat mereka pergi ke pasar untuk berbelanja, terutama pasar ternak tempat jutaan orang akan membeli hewan kurban untuk Idul Adha.

"Mungkin ratusan ribu pasar sapi akan diatur di seluruh negeri mulai dari desa terpencil hingga kota, dan penjual sapi dan lainnya yang bergerak di bisnis itu sebagian besar berasal dari pedesaan, dan mungkin mereka akan membawa virus," kata Ahmed.

Menurut perkiraannya, 30 juta hingga 40 juta orang akan berkumpul untuk salat di masjid atau lapangan terbuka di seluruh negeri.

"Jemaah Idul Adha akan menjadi acara superspreading," katanya.

Dia mengatakan bulan setelah perayaan Idul Adha akan menjadi waktu yang kritis bagi negara dengan lebih dari 4 juta dari 160 juta penduduk negara itu yang divaksinasi sepenuhnya.

"Kita mungkin tidak benar-benar menghindari situasi bencana," katanya.

Sebelumnya, pada hari raya Idul Fitri pada Mei lalu, diperkirakan 10 juta dari 20 juta penduduk Dhaka pergi untuk merayakan bersama keluarga mereka.

Jumlah yang sama juga terjadi pada perjalanan minggu ini, terutama karena banyak orang seperti Nijam, pekerja konstruksi, mungkin ingin menunggu lockdown berikutnya di desa mereka.

Baca juga: Pasien Covid-19 Mulai Berkurang, Tenda Darurat RSUD Kota Bekasi Mulai Dikosongkan

Baca juga: Domba Hendak Dijual Saat Idul Adha Hilang Dicuri, Pelaku Ditangkap Usai Dipancing Polisi

Artikel lain seputar Virus Corona

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini