TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Virus corona varian Delta yang melonjak di seluruh Amerika Serikat tampaknya menyebabkan penyakit yang lebih parah dan menyebar semudah penyebaran cacar air.
Ini terungkap dalam dokumen internal dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.
Dokumen berbentuk presentasi slide itu menguraikan data yang tidak dipublikasikan yang menunjukkan orang yang divaksinasi lengkap mungkin menyebarkan varian Delta pada tingkat yang sama dengan orang yang tidak divaksinasi.
Dikutip dari CNN, Direktur CDC Dr Rochelle Walensky mengkonfirmasi keaslian dokumen tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh The Washington Post.
"Saya pikir masyarakat perlu memahami bahwa kami tidak berbohong. Ini serius," katanya kepada CNN.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak di Amerika, Warga Diminta Pakai Masker Lagi Meski Sudah Divaksin
Baca juga: Kasus Covid-19 di Amerika Meningkat Tiga Kali Lipat dalam Dua Minggu Terakhir
"Ini salah satu virus paling menular yang kita ketahui. Campak, cacar air, ini -- semuanya ada di sana,” katanya.
CDC dijadwalkan akan mempublikasikan data tersebut Jumat (30/7/2021) ini.
Pengumuman ini akan mendukung keputusan Walensky yang mengubah pedoman bagi masyarakat yang sudah divaksinasi penuh.
Sebelumnya, pada Selasa (27/7), CDC merekomendasikan bahwa warga yang sudah divaksin sepenuh sekali pun harus memakai masker di dalam ruangan di tempat-tempat di mana penularan virus tinggi atau berkelanjutan.
Dan dia mengatakan semua orang di sekolah, siswa, staf, dan pengunjung, harus memakai masker setiap saat.
Baca juga: Seberapa Bahayanya Varian Covid-19 Delta Plus? Ini yang Perlu Diketahui
Baca juga: 10 TANYA JAWAB Terkait Varian Covid-19 Delta dan Delta Plus, Apa Saja Gejalanya?
"Langkah-langkah yang kita perlukan untuk mengendalikan ini, itu ekstrem. Tindakan yang Anda butuhkan ekstrem," kata Walensky kepada CNN.
Dia mengatakan data dalam laporan itu tidak mengejutkannya. "Itu adalah sintesis data semua di satu tempat yang serius," katanya.
Cacar Air
Presentasi CDC mengatakan varian Delta sama menularnya dengan cacar air, dengan setiap orang yang terinfeksi, rata-rata, menginfeksi delapan atau sembilan lainnya.
Garis keturunan aslinya hampir sama menularnya seperti flu biasa, dengan setiap orang yang terinfeksi menularkan virus ke sekitar dua orang lainnya rata-rata.
Infektivitas itu dikenal sebagai R0.
Baca juga: Hasil Penelitian di AS: Vaksin Johnson & Johnson Kurang Efektif Melawan Varian Delta dan Lambda
Baca juga: Jangan Anggap Remeh Virus Corona Varian Delta, Berikut 5 Hal Penting Terkait Varian Delta
"Ketika Anda berpikir tentang penyakit yang memiliki R0 delapan atau sembilan, tidak banyak," kata Walensky kepada CNN.
Dan jika orang yang divaksinasi tetap terinfeksi, mereka memiliki virus dalam tubuh mereka sebanyak orang yang tidak divaksinasi. Itu berarti mereka cenderung menginfeksi orang lain seperti orang yang tidak divaksinasi yang terinfeksi.
"Intinya adalah, berbeda dengan varian lain, orang yang divaksinasi, bahkan jika mereka tidak sakit, terinfeksi dan menyebarkan virus pada tingkat yang sama dengan orang yang tidak divaksinasi yang terinfeksi," sebut Dr Walter Orenstein, yang mengepalai Pusat Vaksin Emory dan yang melihat dokumen itu, mengatakan kepada CNN.
Tetapi dokumen itu menyebutkan orang yang divaksinasi lebih aman.
"Vaksin mencegah lebih dari 90 persen penyakit parah, tetapi mungkin kurang efektif dalam mencegah infeksi atau penularan," tulisnya.
Baca juga: Cara Membersihkan Rumah setelah Digunakan Isolasi Mandiri Menurut CDC
Baca juga: Mantan Direktur CDC Percaya Covid-19 Berasal dari Lab Wuhan: Sains yang Akan Mengungkapnya
Oleh karena itu, katanya, lebih banyak penularan komunitas dan terobosan meskipun telah divaksinasi.
Dikatakan, vaksin mengurangi risiko penyakit parah atau kematian 10 kali lipat dan mengurangi risiko infeksi tiga kali lipat.
Presentasi tersebut juga mengutip tiga laporan yang mengindikasikan varian Delta, awalnya dikenal sebagai B.1.617.2, dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Dokumen itu menyarankan vaksinasi dan pemakaian masker universal.
Data Universitas Johns Hopkins menyebutkan, AS mencatatkan rata-rata lebih dari 61.300 kasus harian baru selama seminggu terakhir.
Baca juga: Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan setelah Divaksinasi Covid-19 Menurut Profesor CDC
Angka ini meningkat sejak negara itu mencapai level terendah pada 2021 dari 11.299 kasus harian pada 22 Juni.
"Jumlah kasus yang kami miliki sekarang lebih tinggi daripada jumlah yang kami miliki pada hari tertentu musim panas lalu," kata Walensky kepada CNN.
John Hopkins juga menyebutkan, pada hari Rabu (28/7/2021), kasus telah meningkat di semua kecuali satu negara bagian dalam tujuh hari terakhir dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
Presiden Joe Biden Kamis (29/7/2021) mengumumkan sejumlah langkah baru yang akan diambil pemerintahannya untuk mencoba membuat lebih banyak orang Amerika divaksinasi, termasuk mengharuskan semua pegawai federal harus membuktikan divaksinasi terhadap Covid-19 atau menghadapi protokol yang ketat.
"Baca beritanya. Anda akan melihat cerita pasien yang tidak divaksinasi di rumah sakit, ketika mereka terbaring di tempat tidur sekarat karena Covid-19, mereka bertanya, 'Dok, bisakah saya mendapatkan vaksinnya?' Para dokter harus berkata, 'Maaf, sudah terlambat.,” kata Biden dalam sambutannya di Gedung Putih. (Tribunnews.com/CNN/Hasanah Samhudi)