Iran menyatakan berjuang untuk mengimpor vaksin untuk 83 juta penduduknya, di tengah sanksi AS yang mempersulit pengiriman uang ke luar negeri.
Baca juga: Antisipasi Gelombang ke-5, Menkes Iran Serukan Lockdown yang Diawasi Militer selama 2 Pekan
Baca juga: Tanggapi Ancaman AS-Inggris, Iran Peringatkan Akan Membalas Jika Keamanan Negara Terancam
Pihak berwenang telah menyetujui penggunaan darurat dua vaksin yang diproduksi secara lokal. Satu-satunya vaksin lokal yang diproduksi secara massal, COVIran Barekat, masih kekurangan pasokan.
Menurut Kementerian Kesehatan, vaksin lain yang digunakan di Iran termasuk Sputnik V Rusia, Sinopharm China, Bharat India dan AstraZeneca/Oxford.
Kemenkes Rabu ini menyebutkan, lebih dari 13,8 juta orang telah diberikan dosis vaksin pertama, tetapi hanya 3,7 juta yang menerima dua suntikan yang diperlukan.
Kantor Khamenei menyebutkan, pemimpin tertinggi Iran itu pada 24 Juli lalu mendapat suntikan kedua vaksin Barekat, yang dikembangkan oleh yayasan milik negara yang dikenal sebagai Setad.
Pada bulan Januari, pemimpin tertinggi telah melarang penggunaan vaksin yang dibuat oleh Amerika Serikat dan Inggris, menyebut mereka sama sekali tidak dapat dipercaya.
Baca juga: Iran Bantah Tuduhan Soal Serangan ke Kapal Tanker: Ini Tanggapan Perdana Menteri Israel
Iran telah menghindari penerapan lockdown penuh dan hanya menggunakan langkah-langkah bertahap seperti larangan perjalanan sementara dan penutupan bisnis.
Media pemerintah melaporkan bahwa gugus tugas Covid nasional mengatakan sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan pembatasan baru pada hari Sabtu mendatang.
Ini disebutkan setelah pertemuan yang dipimpin oleh Presiden Ebrahim Raisi pada hari Selasa kemarin. (Tribunnews.com/ArabNews/Hasanah Samhudi)