Pasukan Amerika Serikat-Korea Selatan menolak berkomentar, mengutip kebijakannya.
Amerika Serikat menempatkan sekitar 28.500 tentara di Korea Selatan sebagai warisan Perang Korea 1950-1953, yang berakhir dengan gencatan senjata daripada kesepakatan damai, meninggalkan semenanjung Korea dalam keadaan perang teknis.
Latihan telah diperkecil dalam beberapa tahun terakhir untuk memfasilitasi pembicaraan yang bertujuan untuk membongkar program nuklir dan rudal Pyongyang dengan imbalan keringanan sanksi Amerika Serikat.
Namun negosiasi gagal pada 2019. Sementara itu, Korea Utara dan Amerika Serikat mengatakan, mereka terbuka untuk diplomasi.
Keduanya juga mengatakan terserah pada pihak lain untuk mengambil tindakan.
Baca juga: Korea Utara Menuntut AS Mencabut Sanksi Internasional Jika Ingin Pembicaraan Denuklirisasi
Kim Yo Jong mengatakan, tindakan militer Amerika Serikat menunjukkan bahwa pembicaraan Washington tentang diplomasi adalah kedok munafik untuk agresi di semenanjung Korea.
Perdamaian hanya akan mungkin terjadi jika Amerika Serikat membongkar kekuatan militernya di Korea Selatan, lanjut Kim Yo Jong.
Menanggapi hal itu, Korea Selatan akan meningkatkan pencegahan mutlak, termasuk kemampuan serangan pre-emptive yang kuat, untuk melawan ancaman militer Amerika Serikat yang terus meningkat.
"Kenyataannya telah membuktikan bahwa hanya pencegahan praktis, bukan kata-kata, yang dapat menjamin perdamaian dan keamanan semenanjung Korea, dan itu adalah keharusan bagi kita untuk membangun kekuatan untuk menahan ancaman eksternal dengan kuat," kata Kim Yo Jong.
Baca artikel lain seputar Korea Utara
(Tribunnews.com/Rica Agustina)