TRIBUNNEWS.COM – Situasi keamanan di Afghanistan semakin memburuk. Amerika Serikat mendesak warganya untuk meninggalkan Afghanistan sesegera mungkin di tengah meningkatnya upaya Taliban melawan pasukan pemerintah di seluruh negeri.
Kedubes AS di Kabul pada hari Kamis (12/8/2021) mengeluarkan peringatan keamanan kedua dalam waktu seminggu yang menyerukan orang Amerika untuk keluar dari negara itu.
"Kedutaan Besar AS mendesak warga AS untuk segera meninggalkan Afghanistan menggunakan opsi penerbangan komersial yang tersedia," kata Kedubes dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari Al Jazeera.
Peringatan itu termasuk instruksi untuk menghubungi kedutaan bagi mereka yang tidak mampu membayar penerbangan atau sedang menunggu anak atau pasangan untuk mendapatkan visa mereka untuk meninggalkan Afghanistan.
Kedubes juga memperingatkan bahwa kapasitas kedutaan untuk membantu warga AS sangat terbatas.
Baca juga: Biden: Para Pemimpin Afghanistan Harus Bersatu dan Berjuang Sendiri
Baca juga: Taliban Terus Merangsek, Presiden Afghanistan Pecat Kepala Staf Militer
Kedubes mengingatkan warga AS untuk tidak menunggu pengumuman bantuan evakuasi.
Peringatan keamanan dikeluarkan dengan memburuknya situasi keamanan di Afghanistan. Taliban telah merebut 11 kota, dan pertempuran jalanan dilaporkan berlangsung di Herat, kota terbesar ketiga di negeri itu pada Kamis (12/8/2021)
Pada hari Kamis (12/8/2021) juga, AS juga dikatakan mengirim pasukan tambahan ke Afghanistan untuk membantu mengevakuasi sejumlah personel di Kedubes AS di Kabul.
Pejabat AS mengatakan kepada Associated Press dan Reuters bahwa pasukan akan memberikan dukungan darat dan udara untuk pemrosesan dan keamanan orang Amerika yang dikirim ke bandara Kabul.
Kementerian Pertahanan AS telah menempatkan sekitar 650 tentara di Afghanistan untuk mendukung keamanan diplomatik AS, termasuk di bandara.
Baca juga: Pejabat AS: Taliban Bisa Kuasai Ibu Kota Afghanistan dalam 90 Hari
Baca juga: Bentrokan Hebat di Kunduz, Taliban Rebut Tiga Ibu Kota Provinsi Afghanistan Dalam Sehari
Pejabat itu mengatakan sejumlah pasukan tambahan dan pesawat akan didatangkan untuk membantu penarikan kedutaan.
Departemen Luar Negeri memerintahkan pengurangan staf di Kedutaan Besar AS di Kabul pada akhir April menyusul pengumuman Presiden Biden bahwa pasukan AS akan ditarik dari negara itu setelah lebih dari 19 tahun pendudukan.
Departemen Luar Negeri membenarkan keputusannya pada saat itu dengan mengutip "meningkatnya laporan kekerasan dan ancaman di Kabul."
Suratkabar The New York Times Kamis (12/8/2021) mengutip sumber yang dikatakan mengetahui situasi tersebut, bahwa pemerintah AS diam-diam meminta jaminan dari Taliban bahwa mereka tidak akan menyerang Kedutaan Besar AS di Kabul jika ibu kota Afghanistan diserbu.
Sekitar 4.000 karyawan, termasuk 1.400 warga negara AS, diperkirakan bekerja di kedutaan saat ini.
Baca juga: Situasi Keamanan di Afghanistan Memburuk, Ashraf Ghani Salahkan AS karena Buru-buru Tarik Pasukan
Baca juga: Pertempuran Jalanan Berkecamuk di Laskhar Gah, AS dan Inggris Tuduh Taliban Bantai Warga Sipil
Afghanistan telah lama terdaftar sebagai negara Level 4 - "Jangan Bepergian" oleh pemerintah AS, dengan Departemen Luar Negeri mengutip daftar panjang ancaman termasuk kejahatan, kerusuhan sipil, penculikan, terorisme, konflik bersenjata, dan virus corona.
Taliban Maju
Sebelumnya pada hari Kamis, Taliban meningkatkan kemajuannya dengan merebut ibu kota provinsi Ghazni.
Provinsi yang terletak sekitar 150 km (80 mil) barat daya Kabul itu merupakan ibu kota provinsi ke-10 yang diambil oleh kelompok itu dalam seminggu.
Kelompok itu juga mendekati Kandahar, kota terbesar kedua di negara itu, saat pertempuran meningkat.
Pada hari Rabu, para pejabat AS mengutip penilaian intelijen yang memperkirakan bahwa Kabul dapat jatuh ke tangan Taliban dalam 90 hari, dengan pasukan tempur AS terakhir akan ditarik dari negara itu pada akhir Agustus. (Tribunnews.com/Aljazeera/Sputniknews/Hasanah Samhudi)