Media AS melaporkan, Pentagon mengizinkan tambahan 1.000 tentarake Afghanistan untuk mengevakuasi warga AS dari sana.
Di sisi lain, Biden yang kini sedang berlibur tentu tidak dapat hadir di Gedung Putih.
Ketidakhadirannya itu kemudian mendapatkan reaksi keras dari mereka yang kecewa terhadap keputusannya karena telah menarik pasukan AS keluar dari Afghanistan.
Menurut laporan terbaru, Biden diperkirakan akan berbicara dengan pemerintahannya tentang situasi di Afghanistan 'dalam beberapa hari ke depan'.
Pejabat pemerintah menyataan, pernyataan tersebut mungkin akan disampaikan dari Camp David, bukan Gedung Putih.
Meskipun para pejabatnya mengakui bahwa Biden memang tengah berada di luar kota saat situasi tengah menegang di Afghanistan.
Keputusan Biden tentang penarikan pasukan AS dari Afghanistan sebenarnya telah mendapatkan sorotan negatif dari para pengamat.
Mereka membandingkan cara penarikan pasukan di negara Timur Tengah itu dengan bagaimana Amerika keluar dari Vietnam pada 1975 silam.
Para pengamat juga menyuarakan keprihatinan mereka dan memprediksi akan ada potensi lahirnya 'ISIS 3.0' setelah upaya penarikan dilakukan.
Menanggapi pernyataan para pengamat yang membandingkan kebijakan Biden dengan apa yang terjadi di Vietnam pada masa lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menegaskan bahwa kota Kabul di Afghanistan 'bukan Saigon'.
"Tidak akan ada kondisi di mana anda melihat orang-orang diangkat dari atap Kedutaan Amerika Serikat di Afghanistan," tegas Blinken.
Saigon merupakan kota di Vietnam yang sempat mengalami perang dan kini telah berganti nama menjadi Ho Chi Minh.
Trump yang sebelumnya mengkritik kebijakan Biden di Afghanistan, mengatakan bahwa POTUS (President of the United States) ke-46 itu seharusnya mengikuti 'rencana Trump' yang menurutnya sengaja ditinggalkan pemerintahannya untuk dilanjutkan Biden.
Kendati demikian, Donald Trump tidak merinci apa yang termasuk dalam rencananya. Namun menariknya, Trump merupakan orang yang telah menandatangani kesepakatan damai dengan Taliban pada 2020.
Dalam kesepakatan itu, dia berjanji bahwa AS dan sekutunya akan mengurangi pasukan mereka di negara itu dan mencabut sanksi terhadap para militan.
Sebagai gantinya, ia berjanji untuk tidak mengizinkan Al-Qaeda atau kelompok ekstremis lainnya beroperasi di wilayah yang dikendalikan oleh Taliban.