Kabar ini menyebabkan kemarahan dan lebih banyak kekacauan di Afghanistan.
Maskapai Penerbangan Hindari Wilayah Konflik
Maskapai dan pemerintah di sejumlah negara meningkatkan kewaspadaan dalam melewati zona konflik.
Ini terjadi setelah dua insiden penembakan pesawat penumpang dengan rudal dari zona konflik.
Pada 2014 lalu, pesawat Malaysia Airlines ditembak jatuh di Ukraina timur dan menewaskan 298 orang di dalamnya.
Kemudian pada 2020 tahun lalu, pesawat Ukraina International Airlines ditembak jatuh oleh militer Iran.
Sebanyak 176 penumpang sekaligus awak pesawat meninggal.
Administrasi Penerbangan Federal (FAA) AS pada Juli memberlakukan pembatasan penerbangan baru di Afghanistan untuk maskapai AS dan operator AS lainnya.
FAA mengatakan, penerbangan yang beroperasi di bawah 26.000 kaki dilarang dari Kabul Flight Information Region.
Kecuali memang beroperasi di dalam dan luar Bandara Internasional Hamid Karzai.
Peraturan ini diberlakukan untuk menghindari risiko penyerangan dari militan.
Selain itu, pembatasan ini tidak belaku untuk operasi militer AS.
Kanada, Inggris, Jerman, dan Prancis juga telah menyarankan maskapai penerbangan untuk mempertahankan ketinggian setidaknya 25.000 kaki di atas Afghanistan, menurut situs Safe Airspace.
Sementara itu, Korean Air Lines mengatakan beberapa penerbangan kargonya menggunakan wilayah udara Afghanistan.
Baca juga: Afghanistan Jatuh ke Taliban dengan Cepat, Ini “Kesalahan” Pentagon yang Diduga Menyebabkannya
Baca juga: Taliban Nyatakan Perang di Afghanistan Telah Berakhir, Dubes AS Dilarikan ke Bandara