News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik di Afghanistan

Kilas Balik Perjuangan Malala Yousafzai Hadapi Taliban, Kini Ragukan Janji Taliban Hormati Perempuan

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Malala Yousafzai. Kilas balik perjuangan Malala Yousafzai menentang Taliban, kini khawatirkan nasib perempuan di Afghanistan.

Paska selamat dari maut yang mengintainya, ia masih tetap konsisten menyuarakan hak anak-anak dan perempuan di seluruh dunia.

Aktivis India Kailash Satyarthi (kanan) menerima Penghargaan Nobel bidang perdamaian 2014, bersama aktivis Pakistan Malala Yousafzai. (america.aljazeera.com) (america.aljazeera.com)

Bersama sang ayah, Ziauddin, gadis lulusan Universitas Oxford itu mendirikan Malala Fund.

Melalui organisasi nirlaba itu, Malala ingin semua gadis di seluruh dunia mendapatkan akses pendidikan tanpa rasa takut sedikitpun.

Pada 2014 lalu, Malala didapuk Nobel Perdamaian sekaligus menjadi orang Pakistan pertama, dan yang termuda sepanjang sejarah penganugerahan Nobel.

Baca juga: Indonesia Tidak Akan Tutup KBRI Kabul, Taliban Dinilai Sudah Moderat

Atas perjuangannya yang lantang menyuarakan hak anak dan perempuan, Malala bersama aktivis India, Kailash Satyarthi, bersama-sama diganjar penghargaan Nobel Perdamaian.

Kemudian, bagaimana pandangan Malala terhadap kekuasaan Taliban saat ini?

Diberitakan Tribunnews sebelumnya, pada Selasa (17/8/2021) kemarin, Malala Yousafzai menuliskan keresahannya terhadap kekuasaan Taliban di Afghanistan.

Ia mengaku ikut prihatin terhadap hak-hak perempuan di Afghanistan yang ikut terancam akibat kekuasaan Taliban.

Aktivis Pakistan Malala Yousafzai berusia 17 tahun (kiri), menerima Liberty Medal dari Jeffrey Rosen, Presiden dan CEO dari Pusat Konstitusi Nasional di Pusat Konstitusi Nasional di Philadelphia, Pennsylvania pada 21 Oktober 2014 (AFP)

"Saya takut untuk saudara perempuan Afghanistan saya. Kita akan punya waktu untuk memperdebatkan apa yang salah dalam perang di Afghanistan, tetapi di saat kritis ini kita harus mendengarkan suara-suara perempuan dan anak perempuan Afghanistan."

"Mereka meminta perlindungan, pendidikan, kebebasan dan masa depan yang telah dijanjikan," ujar Malala, dalam artikelnya yang diterbitkan di The New York Times.

"Kita tidak bisa terus mengecewakan mereka. Kita tidak punya waktu luang," tambahnya.

Dari kejadian pada 2015 silam, Malala mengaku bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup hingga saat ini.

Baca juga: SOSOK Zabihullah Mujahid Jubir Taliban yang Akhirnya Muncul, Selama Ini Hanya Bersuara via Telepon

Untuk itu, ia tidak bisa membayangkan nasib perempuan Afghanistan yang hidupnya terbatas akibat kekejaman Taliban.

"Saya bersyukur atas hidup saya sekarang. Setelah lulus dari perguruan tinggi tahun lalu dan mulai mengejar karir sendiri."

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini