"Saya tidak bisa membayangkan kehilangan semuanya, kembali ke kehidupan saya yang diatur orang bersenjata," lanjutnya.
"Gadis-gadis dan wanita muda Afghanistan, seperti yang saya alami, putus asa memikirkan bahwa mereka tidak mungkin lagi melihat ruang kelas atau memegang buku lagi," katanya.
Di sisi lain, pada Selasa (17/8/2021), seorang juru bicara Taliban, Suhail Shaheen menyatakan akan menghormati hak-hak perempuan seperti pendidikan dan pekerjaan, termasuk mengenakan jilbab dan tidak harus burqa.
Ia mengklaim perempuan bisa mendapatkan pendidikan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi atau sampai ke universitas.
Baca juga: Peraih Nobel Malala Yousafzai Khawatirkan Nasib Perempuan Afghanistan
Namun, mengaku pesimis dengan janji-janji tersebut.
"Mengingat sejarah Taliban dalam menindas hak-hak perempuan, ketakutan perempuan Afghanistan adalah nyata," tulisnya.
"Kami sudah mendengar laporan mahasiswa perempuan ditolak dari universitasnya, pekerja perempuan dari kantor mereka," katanya.
(Tribunnews.com/Maliana/NST/Hasanah Samhudi, Grid.id/Aditya Prasanda)
Berita lain terkait Konflik di Afghanistan