TRIBUNNEWS.COM - Putri Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Mariam Ghani, terlihat menikmati waktunya di Brooklyn, New York City, saat evakuasi Amerika Serikat (AS) yang mematikan dan kacau di Kabul masih berlanjut.
Mariam Ghani terlihat berjalan-jalan dengan seorang teman wanitanya pada Rabu (18/8/2021) sore, beberapa hari setelah ayahnya meninggalkan Afghanistan di tengah pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban.
Dikutip dari New York Post, Ghani yang berprofesi sebagai seniman visual dan pembuat film, mengobrol santai dengan temannya sambil memegang masker.
Pada Selasa (17/8/2021), New York Post mendatangi Ghani di luar apartemennya, namun ia menolak menjawab pertanyaan yang diajukan padanya.
Dalam sebuah unggahannya di Instagram, Senin (16/8/2021), Ghani mengatakan ia "marah dan berduka, dan sangat mengkhawatirkan keluarga, teman, serta koleganya yang ditinggalkan di Afghanistan."
Baca juga: AS Tak Lagi Anggap Ashraf Ghani Tokoh Afghanistan, Abaikan Janji Ghani Kembali ke Negaranya
Baca juga: Ashraf Ghani Akhirnya Muncul, Bantah Kabur dari Afghanistan, Klaim Diusir tanpa Sempat Ganti Sepatu
Ia menambahkan bahwa dirinya "bekerja dengan tergesa-gesa untuk melakukan apapun yang saya bisa, atas nama mereka."
Tak jelas apakah Ghani sudah mendengar kabar sang ayah sejak melarikan diri dari Afghanistan.
Profil Mariam Ghani
Mengutip situs resminya, Mariam Ghani adalah seorang seniman, penulis, dan pembuat film.
Ghani lahir di Brooklyn, New York City, AS pada tahun 1978.
Ia dibesarkan di pinggiran kota Maryland sebelum akhirnya kembali lagi ke Brooklyn.
Masih dikutip dari New York Post, saat Ashraf Ghani bekerja di pemerintahan Afghanistan sejak 2002, Ghani merilis karya seninya dan mengajar di AS setelah lulus dari Universitas New York dan Sekolah Seni Visual.
Ghani lulus dari program studi Sastra Perbandingan di Universitas New York pada Januari 2000.
Ia kemudian melanjutkan ke Sekolah Seni Rupa dengan jurusan Fotografi, Video, dan Media Terkait.
Ghani kemudian lulus di bulan Juni 2002.
Baca juga: SOSOK Mullah Abdul Ghani Baradar, Pemimpin Taliban yang Pulang Kampung setelah 20 Tahun Pengasingan
Baca juga: SOSOK Zabihullah Mujahid Jubir Taliban yang Akhirnya Muncul, Selama Ini Hanya Bersuara via Telepon
Sejak itu, karyanya muncul di beberapa museum terkenal di dunia, termasuk Guggenheim dan MoMA di New York serta Tate Modern di London.
Pada 2018, ia bergabung dengan fakultas di Bennington College di Vermont.
Film panjang pertama Ghani, film dokumenter berjudul What We Left Unfinished, ditayangkan perdana di Berlinale 2019.
Saat ini, film yang mendapat pujian kritis itu diputar di sejumlah bioskop AS.
Hingga kini, Ghani telah menerima sejumlah beasiswa, penghargaan, hibah, dan residensi.
Yang terbaru dari Creative Capital Dewan Seni Negara Bagian New York, Perpustakaan Umum New York, Pusat Seni Jalanan ke-18 di Los Angeles, Pusat Schell untuk Internasional Hak Asasi Manusia di Hukum Yale, dan Pusat Hak Konstitusional.
Klarifikasi Ashraf Ghani Terkait Kepergiannya dari Afghanistan
Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, muncul untuk pertama kalinya setelah ia melarikan diri dari negaranya, Minggu (15/8/2021).
Lewat video yang direkam dan diunggah di laman Facebook-nya, Rabu (18/8/2021), Ghani kembali menegaskan kepergiannya dari Afghanistan untuk menyelamatkan lebih banyak pertumpahan darah.
Dikutip dari The Straits Time, ia mendukung pembicaraan antara Taliban dan mantan pejabat tinggi.
Baca juga: Penyanyi Pop Afghanistan Berhasil Melarikan Diri dari Taliban, Naik Pesawat Militer AS Bersama Suami
Baca juga: Cerita Skadron Udara 17 TNI AU Saat Evakuasi WNI dari Afghanistan, Sempat Terkendala Kerumunan Massa
Lebih lanjut, Ghani mengatakan tidak berniat untuk tetap berada di Uni Emirat Arab (UEA) dan sedang "dalam pembicaraan" untuk kembali ke Afghanistan.
Diketahui, Ghani saat ini berada di negara Teluk itu setelah sebelumnya dilaporkan mendarat di Tajikistan.
UEA sendiri telah mengonfirmasi keberadaan Ghani.
Mereka menerima Ghani dengan "alasan kemanusiaan".
Ghani juga menuturkan, sedang melakukan upaya untuk "menjaga pemerintahan Afghanistan atas negara kita", tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
"Untuk saat ini, saya berada di UEA agar pertumpahan darah dan kekacauan dihentikan," ujarnya.
Ghani menyuarakan dukungan untuk pembicaraan yang diadakan pada Rabu, antara anggota senior gerakan Taliban, pendahulu Ghani Hamid Karzai, dan Abdullah, yang memimpin proses perdamaian yang berakhir gagal.
"Saya ingin proses ini sukses," katanya.
Abdullah - saingan lama Ghani - yang mengumumkan presiden telah meninggalkan Afghanistan pada Minggu (15/8/2021), menunjukkan bahwa ia akan diadili secara keras.
Tetapi, Ghani bersikeras bahwa ia pergi untuk kebaikan negara, bukan untuk kesejahteraannya sendiri.
Baca juga: Pemerintah Berhasil Bawa Pulang 26 WNI dari Afghanistan, Pengamat: Patut Diapresiasi
Baca juga: TNI AU Berhasil Evakuasi WNI dari Afghanistan
"Jangan percaya siapapun yang memberi tahu kalian bahwa presiden menjual kalian dan melarikan diri untuk keuntungannya sendiri, dan untuk menyelamatkan hidupnya sendiri," bebernya.
"Tuduhan ini tidak berdasar dan saya sangat membantahnya."
Ia mengklaim Taliban telah memasuki Kabul meskipun sudah ada kesepakatan untuk tidak melakukannya.
"Seandainya saya tinggal di sana, seorang presiden terpilih Afghanistan akan digantung lagi tepat di depan mata rakyat Afghanistan sendiri," katanya.
Pertama kali Taliban merebut Kabul, ketika mendirikan rezim sendiri pada 1996, mereka menyeret mantan presiden komunis, Mohammed Najibullah, dari kantor PBB tempatnya berlindung.
Taliban menggantung Najibullah di jalan umum setelah menyiksanya.
Dalam kesempatan itu, Ghani juga membantah tudingan Rusia yang menyebut dirinya membawa banyak uang tunai saat pergi dari Afghanistan.
"Saya diusir dari Afghanistan sedemikian rupa sehingga saya bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk melepas sandal dan memakai sepatu bot," imbuhnya.
Ghani menegaskan ia tiba di UEA "dengan tangan kosong".
Baca artikel terkait konflk di Afghanistan
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)