TRIBUNNEWS.COM - Hashmat Ghani, adik laki-laki dari Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani tengah menjadi sorotan.
Sosoknya tengah dibanjiri kritik setelah terang-terangan mendukung Taliban menguasai Afghanistan.
Dikutip dari Al Jazeera, Hashmat Ghani menyebut masyarakat Afghanistan perlu menerima kehadiran Taliban untuk menghindari ketidakstabilan.
Hashmat mengatakan, ia mengakui tatanan baru di Kabul adalah kebutuhan bagi rakyat Afghanistan.
Baca juga: Keyakinan JK Taliban Akan Berubah Diragukan Mantan Pimpinan JI, Singgung Dosa Masa Lalu Taliban
Terlebih, penarikan militer negara asing dari Afghanistan hanya tersisa beberapa hari lagi.
Pengusaha dan pemimpin dari populasi nomaden Kochi Afghanistan ini telah bertemu dengan para pemimpin Taliban selama beberapa hari terakhir.
Dia mengaku setuju untuk mengakui transisi kekuasaan sebagai sinyal untuk tokoh politik dan budaya yang berpengaruh, serta pengusaha.
Menurutnya, jika pebisnis bergabung dengan puluhan ribu orang yang mencoba melarikan diri dari Afghanistan, maka akan menghancurkan ekonomi negara dan masa depan secara keseluruhan.
Meskipun saudara lelakinya melarikan diri pada 15 Agustus, Hashmat Ghani mengaku tidak pernah berniat meninggalkan Afghanistan.
"Jika saya melarikan diri ke sana, apa yang akan terjadi dengan orang-orang saya, suku saya."
Baca juga: Taliban Ingkar Janji, Kepala Polisi Afghanistan DieksekusI Mati, Wanita Dilarang Jadi Jurnalis
"Akar saya ada di sini, pesan apa yang akan dikirim jika saya melarikan diri dan meninggalkan orang-orang saya pada saat mereka membutuhkan?" ungkapnya.
Tentang pelarian saudaranya, ia mengaku ikut senang karena sang kakak setidaknya meninggalkan hidupnya dengan utuh.
"Jika dia terbunuh atau terbunuh dengan cara apa pun, segalanya akan menjadi jauh lebih buruk," tambahnya.
Di sisi lain, ekonomi Afghanistan telah berjuang keras karena korupsi, pemotongan bantuan asing dan hampir kehabisan uang pada hari-hari sebelum kedatangan Taliban pekan lalu.
Hashmat Ghani mengatakan, Taliban harus melakukan segala upaya yang mereka bisa untuk terlibat dengan pengusaha dan investor.
Karena, dalam ekonomi, penutupan bisnis ini dan kurangnya uang dapat menyebabkan guncangan ekonomi yang serius.
Baca juga: Pengamat: Wajar Kalau Masih Ada Traumatik Terhadap Taliban
Saat ditemui Al Jazeera sepanjang Sabtu sore, Hashmat Ghani terdengar menanggapi pesan suara WhatsApp dari Inggris.
Ia mencoba mendorong investor dan tokoh terkemuka untuk tidak putus asa atau lebih buruk lagi, meninggalkan negara pada saat dibutuhkan.
"Kita tidak bisa membiarkan negara ini kembali ke kematian dan kehancuran," katanya.
Keraguan Pengamat atas Perubahan Taliban
Pengamat terorisme sekaligus mantan Pimpinan JI (Jamaah Islamiyah), Nasir Abbas ikut menanggapi terkait dugaan perubahan dalam kelompok militan Taliban.
Ia mengaku masih meragukan perubahan yang terjadi dalam Taliban.
Ia pun mengingatkan agar publik tak lupa dengan dosa masa lalu Taliban yang sangat brutal dan kasar saat menghadapi musuhnya.
"Kita tidak boleh lupa dosa masa lalu Taliban, bagaimana brutalnya Taliban menyerang mujahidin pada 1993-1996."
"Sekarang kok berubah, menampakkan seperti masuk (ke Afghanistan) baik-baik."
"Saya masih belum yakin mereka sudah sepenuhnya berubah," kata Nssir, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Minggu (22/8/2021).
Baca juga: Rusia: Taliban adalah Penguasa Sah, Tidak Ada Alternatif Selain Mereka di Afghanistan
Untuk itu, Nasir menyebut lebih baik negara-negara di dunia menunggu terlebih dahulu daripada langsung mendukung Taliban.
Ia pun menyinggung terkait kejadian serupa saat ISIS merayakan kemenangan dan mendirikan negara Islam Irak dan Syam (Daulah Islamiyah) pada 2017 lalu.
Kala itu, banyak masyarakat yang mudah terpengaruh dan direkrut bergabung ke dalam kelompok militan ISIS.
"Dengan euforia kemenangan, kita merasa bangga dan berbahagia dengan kemenangan ini dan bisa membuat kita lupa."
"Dan faktanya banyak anak-anak muda yang terpengaruh dan terpapar lalu direkrut. Euforia kemenangan Taliban, membuka peluang untuk direkrut," ungkapnya.
Saat ini, Nasir mengingatkan, pengaruh keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan sudah sampai ke Indonesia.
Khususnya kepada kelompok-kelompok ekstrimis.
Untuk itu, ia menegaskan, keberhasilan Taliban bukanlah perjuangan Islam.
"Pengaruhnya sudah ada (di Indonesia), kelompok-kelompok ekstrimis menganggap ini perjuangan Islam."
Baca juga: Diincar Taliban, Tentara AS Selamatkan Petinggi Polisi Afghanistan Melalui Operasi Rahasia
"Saya ingin koreksi bahwa ini adalah perjuangan Taliban, kalau perjuangan Islam banyak kelompok lain di Afghanistan yang juga memperjuangkan Islam," tegas Nasir.
Nasir pun kembali mengingatkan, satt ini masih butuh waktu untuk memikirkan kebenaran perubahan dalam Taliban.
"Jangan sampai masyarakat kita terjebak dalam perjuangan Islam dan mendukung Taliban."
"Sementara kita masih butuh waktu untuk meyakinkan diri kita, benarkah Taiban sudah berubah," jelasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)