TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat disiagakan minggu lalu menyusul laporan sedikitnya dua pejabat diduga terkena sindrom Havana.
Laporan terbaru bahkan muncul di Vietnam, yang membuat Wakil Presiden Kamala Harris menunda perjalanannya dari Singapura ke Hanoi.
Sejak 2016, penyakit misterius itu telah mempengaruhi hampir 130 pejabat AS, termasuk 50 personel CIA.
Meskipun penyebab pasti sindrom Havana masih misteri, gejala penyakitnya yaitu pusing, mual, dan sakit kepala yang tidak terduga.
Dalam beberapa kasus, para korban melaporkan mendengar "suara yang menusuk".
Baca juga: Kunjungan Wapres AS Kamala Harris ke Vietnam Sempat Tertunda karena Adanya Laporan Sindrom Havana
Baca juga: Veteran Pencari Osama Pimpin Satgas CIA Menyelidiki “Sindrom Havana” pada Mata-mata dan Diplomat
Gejala itu lah yang menimbulkan spekulasi tentang adanya penggunaan persenjataan sonik terhadap personel pemerintah AS.
Dilansir Express, kasus pertama sindrom Havana dilaporkan terjadi pada staf kedutaan AS dan Kanada di Kuba tahun 2016 lalu.
Sindrom yang sama juga dilaporkan di seluruh dunia dengan sebaran kasus di AS, Austria, China, Jerman dan baru-baru ini Vietnam.
Tahun 2017, mantan Presiden AS Donald Trump menyalahkan Kuba, menuduh negara komunis itu mendalangi serangan terhadap personel AS.
Trump berkata: "Saya percaya Kuba yang bertanggung jawab. Saya percaya itu."
"Dan itu adalah serangan yang sangat tidak biasa, seperti yang Anda tahu."
"Tapi saya yakin Kuba yang bertanggung jawab."
Sejak insiden Kuba, penyelidikan resmi oleh AS telah mengungkap lebih dari belasan contoh penyakit atau gejala serupa, termasuk dugaan serangan di luar Gedung Putih.
Satu insiden di AS tercatat di luar Washington DC dan melibatkan seorang pegawai Dewan Keamanan Nasional.