Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - European Medicines Agency (EMA) mengatakan pada hari Kamis kemarin bahwa pihaknya sedang menyelidiki insiden kontaminasi dalam pembuatan vaksin virus corona (Covid-19) Moderna.
Ini dilakukan untuk menilai apakah ada dampak pada pasokan ke Uni Eropa (UE).
Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (27/8/2021), sebelumnya pada hari Kamis, Jepang telah menghentikan penggunaan 1,63 juta dosis vaksin Moderna.
Sementara Moderna mengatakan bahwa kontaminasi mungkin saja disebabkan oleh masalah manufaktur pada salah satu manufaktur kontraknya di Spanyol.
Baca juga: Pusat Kesehatan Haji Minta Masyarakat Tidak Pilih-pilih Vaksin
"EMA sedang menyelidiki masalah ini dan telah meminta pemegang izin edar untuk memberikan informasi tentang dampak potensial pada batch yang dipasok ke UE, selain perincian tentang penyelidikan akar penyebab yang sedang berlangsung," kata agensi tersebut dalam pernyataannya.
Sebelumnya, Jepang memutuskan untuk menghentikan penggunaan 1,63 juta dosis vaksin Moderna, setelah adanya laporan kontaminasi pada beberapa lot.
Baca juga: Satgas Covid-19: Semua Vaksin Sama-sama Efektif, Meski Ada Perbedaan Angka Efektivitas
Pernyataan tersebut disampaikan produsen obat Takeda dan Kementerian Kesehatan negara itu pada Kamis waktu setempat.
Takeda, yang bertanggung jawab atas penjualan dan distribusi vaksin Moderna di Jepang, mengatakan telah menerima laporan dari beberapa pusat vaksinasi bahwa zat asing ditemukan di dalam botol yang belum dibuka dari lot tertentu.
"Setelah berkonsultasi dengan Kementerian Kesehatan, kami telah memutuskan untuk menghentikan penggunaan vaksin dari lot mulai 26 Agustus," kata Takeda.
Baca juga: 91 Juta Dosis Vaksin Covid-19 di Daerah Sudah Disuntikkan, Masih Ada Stok 25 Juta Dosis
Perusahaan itu mengaku telah menyampaikan informasi ini kepada Moderna dan meminta untuk segera dilakukan penyelidikan.
Takeda tidak merinci sifat kontaminasi tersebut, namun mengatakan bahwa sejauh ini mereka belum menerima laporan tentang masalah kesehatan yang ditimbulkan dari dosis yang terpengaruh itu.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan akan bekerja sama dengan Takeda untuk mengamankan dosis alternatif demi menghindari gangguan pada program vaksinasi negara itu, yang kini telah mengalami peningkatan setelah sempat lambat pada awal program.
Baca juga: Gelar Vaksinasi Dosis Kedua, Pengembang Properti Bantu Pemulihan Ekonomi
Sekitar 43 persen populasi Jepang saat ini telah divaksinasi secara penuh, namun negara itu sedang berjuang melawan lonjakan rekor kasus baru yang didorong oleh varian Delta yang diketahui lebih menular.
Sekitar 15.500 orang di negara itu telah meninggal karena Covid-19 selama masa pandemi ini.
Sedangkan sebagian besar wilayah di Jepang tengah berada di bawah sistem pembatasan.