Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MAZAR-E-SHARIF - Setidaknya ada empat pesawat yang telah disewa untuk mengevakuasi ratusan orang yang hendak melarikan diri dari Afghanistan, tidak dapat meninggalkan negara itu selama berhari-hari.
Para penumpang itu hendak kabur dari negara konflik tersebut setelah kekuasaan diambil alih oleh kelompok militan Taliban.
Laporan yang saling bertentangan pun muncul terkait mengapa penerbangan itu tidak dapat lepas landas.
Baca juga: Warga Amerika di Afghanistan Diburu Pejuang Taliban, Didatangi dari Pintu ke Pintu
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (6/9/2021), seorang pejabat Afghanistan yang tengah berada di bandara di kota Utara Mazar-e-Sharif mengatakan para penumpang merupakan warga Afghanistan.
Namun banyak diantara mereka yang tidak memiliki paspor atau visa, sehingga tidak dapat meninggalkan negara itu.
Ia kemudian menyatakan mereka telah meninggalkan bandara tersebut saat masalah ini tengah dalam proses penyelesaian.
Baca juga: Afghanistan: Taliban bubarkan protes kaum perempuan di Kabul
Kendati demikian, anggota Komite Urusan Luar Negeri DPR Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik perwakilan negara bagian Texas, Michael McCaul mengklaim bahwa penumpang itu termasuk diantaranya warga Amerika yang duduk di pesawat, dan aksi Taliban yang mencegah mereka untuk berangkat, secara efektif 'menahan mereka sebagai sandera'.
Namun, perwakilan tersebut tidak mengungkapkan sumber yang menjadi acuan informasinya.
Saat ditanya tentang berapa banyak warga AS dan pengungsi yang meninggalkan Afghanistan setelah penarikan pasukan AS selesai, McCaul menyampaikan bahwa total ada enam pesawat telah ditahan di Bandara Mazar-e-Sharif dengan warga Amerika serta penerjemah Afghanistan berada di dalamnya.
"Faktanya, kami memiliki enam pesawat di Bandara Mazar-e- Sharif, enam pesawat dengan warga negara Amerika, juga dengan penerjemah ini, dan Taliban menyandera mereka untuk melakukan tuntutan sekarang. Taliban tidak akan membiarkan mereka meninggalkan bandara," kata McCaul.
Anggota kongres AS ini menegaskan bahwa Taliban menciptakan situasi untuk 'menuntut lebih dan lebih', apakah itu terkait uang tunai atau legitimasi sebagai pemerintah Afghanistan.
"Para penumpang ini sudah diam di bandara itu selama beberapa hari terakhir dan tidak diizinkan pergi. Kami tahu alasannya, karena Taliban menginginkan sesuatu sebagai gantinya. Ini benar-benar berubah menjadi situasi penyanderaan, di mana mereka tidak akan mengizinkan warga Amerika pergi sampai mereka mendapat pengakuan penuh dari AS," tegas McCaul.
Baca juga: Taliban dan Kelompok Oposisi Bertempur di Lembah Panjshir, Keduanya Saling Klaim
Sebaliknya, menurut laporan lainnya, hanya ada empat pesawat yang ditahan keberangkatannya.
Para penumpang pun dikabarkan untuk sementara waktu tinggal di hotel, sedangkan pihak berwenang tengah mencari informasi apakah para penumpang tersebut dapat meninggalkan negara itu.
Masalahnya, banyak orang yang tidak memiliki dokumen perjalanan yang sesuai dengan persyaratan.
Para penumpang itu pun dikabarkan telah meninggalkan bandara, dan setidaknya ada sepuluh keluarga terlihat menunggu keputusan di sebuah hotel setempat.
Tidak ada satu pun dari mereka yang dilaporkan memiliki paspor maupun visa, namun mengklaim telah bekerja untuk perusahaan yang memiliki hubungan dengan militer AS atau Jerman, sementara calon penumpang lainnya terlihat berada di restoran.