TRIBUNNEWS.COM - Menurut sebuah analisis terbaru, negara-negara kaya berpotensi memiliki surplus 1,2 miliar dosis vaksin Covid-19 pada akhir tahun ini.
Miliaran vaksin itu tidak diperuntukkan sebagai sumbangan kepada negara yang membutuhkan.
Penelitian dari perusahaan analisis data, Airfinity, mengungkapkan stok vaksin Covid-19 di negara-negara Barat mencapai 500 juta dosis di bulan ini.
Adapun sebanyak 360 juta diantaranya, tidak dialokasikan untuk sumbangan.
Pada akhir tahun, negara-negara kaya ini diprediksi memiliki kelebihan dosis vaksin hingga berjumlah miliaran dan itu tidak untuk dibagikan ke negara miskin atau yang membutuhkan.
Baca juga: 2,7 Warga DKI Jakarta Belum Divaksin, Pemuda NasDem Dirikan Sentra Vaksinasi
Baca juga: Studi di Amerika: Vaksin Moderna Hasilkan Antibodi Lebih Banyak Daripada Vaksin Pfizer-BioNTech
Laporan lengkap dari penelitian yang menyoroti stok vaksin Covid-19 di Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Kanada, dan Jepang ini akan diterbitkan secara lengkap pada 7 September.
Dilansir Al Jazeera, kesenjangan perolehan stok vaksin di dunia telah dikecam banyak tokoh internasional hingga pejabat terkemuka.
Skema pembagian vaksin global dari PBB, COVAX ingin memastikan setidaknya 20% populasi di dunia telah divaksinasi.
Diketahui program ini sejak awal bertujuan untuk memberikan dua miliar dosis vaksin kepada 190 negara, termasuk 92 negara berpenghasilan rendah.
Namun, kesepakatan negara-negara kaya dengan produsen vaksin telah membatasi ketersediaan dosis untuk COVAX dan menyebabkan penimbunan vaksin Covid-19 di sejumlah negara.
Pada Minggu, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam pertemuan para menteri kesehatan G20 mengatakan bahwa kesenjangan pasokan vaksin "tidak bisa diterima".
Meski lebih dari 5 miliar vaksin telah diberikan di seluruh dunia, hampir 75% dari dosis itu diberikan hanya di 10 negara.
Bahkan, jelas Tedros, tingkat vaksinasi Covid-19 di Afrika hanya 2%.
Hal yang sama diungkapkan Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika), John Nkengasong, yang menyebut tingkat vaksinasi di Afrika 'mengecewakan'.