Sementara itu, Radio Free Asia dan layanan berita Mizzima melaporkan militer melakukan serangan udara.
Menteri pertahanan pemerintah bayangan, Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), tidak segera menanggapi permintaan konfirmasi insiden pada Kamis dan Jumat.
Sama halnya dengan juru bicara militer Zaw Min Tun yang tidak menjawab panggilan Reuters.
Oposisi Junta Myanmar Klaim Telah Dapat Dukungan dari Sejumlah Negara
NUG mengklaim telah mendapatkan dukungan dari sejumlah negara.
Menteri Luar Negeri untuk NUG, Zin Mar Aung mengatakan, daftar negara-negara Barat dan Asia yang mendukung pihaknya, terus bertambah dan beberapa di antaranya telah mengakui perwakilannya.
Baca juga: ASEAN Berhasil Dorong Gencatan Senjata di Myanmar Hingga Akhir Tahun
Saat ini, NUG sedang mencoba untuk menumbuhkan sekutu secara diam-diam di antara negara-negara demokrasi dunia.
Adapun, hal itu dilakukan karena NUG ingin menang dari rezim militer Myanmar, yang juga mencari pengakuan internasional setelah menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis di negara itu pada 1 Februari 2021.
Di mana, dalam Majelis Umum PBB ke-76 akan diputuskan apakah pihak NUG atau rezim militer yang menduduki kursi PBB di Myanmar.
Lebih lanjut, untuk mendapatkan lebih banyak dukungan, pemerintah bayangan itu mengadakan pembicaraan di belakang layar dengan pejabat pemerintah di tempat lain.
"Republik Ceko, Prancis dan Australia telah mengakui perwakilan kami yang ditunjuk di negara ini," kata Zin Mar Aung kepada Nikkei Asia dalam sebuah wawancara eksklusif dari lokasi yang dirahasiakan.
Baca juga: Tak Segera Akhiri Kekerasan, Inggris Jatuhkan Sanksi Baru kepada Junta Myanmar, Bekukan Aset Taipan
"Kami akan terus menunjuk perwakilan di Inggris dan Jepang untuk memperluas kerja sama lebih lanjut dan hubungan bilateral," tambahnya.
Diketahui, pemerintah Amerika Serikat dan Korea Selatan juga telah mengakui NUG sebagai perwakilan sah dari pemerintah terpilih yang bertekad untuk memulihkan demokrasi di Myanmar.
Beberapa briefing yang dilakukan dengan Washington diakhiri dengan pertemuan antara Zin Mar Aung dan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Wendy Sherman pada awal Agustus 2021.