TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara menyatakan telah berhasil melakukan serangkaian uji coba rudal jelajah jarak jauh selama akhir pekan.
Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) Senin (13/9/2021) mengatakan bahwa rudal jelajah, yang telah dikembangkan selama dua tahun, berhasil mencapai target 1.500 km jauhnya pada hari Sabtu dan Minggu, sebelum jatuh ke perairan teritorial Korea Utara.
"Pengembangan rudal jelajah jarak jauh, senjata strategis yang sangat penting telah didorong maju sesuai dengan proses pengembangan sistem senjata yang ilmiah dan andal selama dua tahun terakhir," lapor KCNA, seperti dilansir dari Al Jazeera.
Menurut laporan itu, tes tersebut termasuk memeriksa daya dorong mesin di daratan, berbagai tes penerbangan, tes kontrol dan panduan, serta evaluasi kekuatan hulu ledak.
Rilis mengenai uji coba ini menunjukkan bahwa rudal jelajah dilaporkan terbang sekitar 1.500 kilometer sebelum mencapai target yang dimaksudkan.
Baca juga: Perayaan Sederhana 73 Tahun Korut: Minus Rudal Antarbenua dan Tak Ada Pidato Pemimpin Tertinggi
Baca juga: Latihan Militer Gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan Dikecam Korut
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un diyakini tidak hadir selama tes tersebut.
Rodong Sinmun, surat kabar resmi Partai Buruh Korut, memuat foto-foto rudal jelajah jarak jauh baru di udara dan ditembakkan dari peluncur rudal.
Setelah uji tembak, Komando Indo-Pasifik AS (USINDOPACOM) mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan bahwa mereka mengetahui peluncuran rudal jelajah .
Disebutkan, konsultasi dengan sekutu sedang berlangsung sehubungan dengan masalah tersebut.
“Kegiatan ini menyoroti fokus berkelanjutan DPRK dalam mengembangkan program militernya dan ancaman yang ditimbulkan terhadap tetangganya dan masyarakat internasional”, kata USINDOPACOM.
Baca juga: Tangis Kim Jong Un Pecah saat Cerita Kesulitan Korut: Didera Banjir, Topan hingga Kena Dampak Corona
Baca juga: Korea Selatan Siapkan Rudal Balistik yang Bisa Hancurkan Gudang Senjata Bawah Tanah Korea Utara
"Komitmen AS untuk pertahanan Republik Korea dan Jepang tidak berubah,” katanya.
Hal senada disampaikan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan bahwa analisis mendalam sedang dilakukan bekerja sama erat dengan intelijen AS.
Kantor berita Yonhap, dikutip Al Jazeera, menyebutkan bahwa Kepala Staf JCS menolak mengkonfirmasi rincian, termasuk di mana tes dilakukan dan jika mereka mendeteksi peluncuran sebelumnya.
“Ini akan menjadi rudal jelajah pertama di Korea Utara yang secara eksplisit ditunjuk sebagai peran strategis,” kata Ankit Panda, seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS.