TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Pengungsi Filippo Grandi memperingatkan pada akhir bulan lalu bahwa komunitas global tidak boleh 'meninggalkan' mereka yang telah ditinggalkan di Afghanistan, setelah pengambilalihan kekuasaan negara itu oleh Taliban.
Pejabat PBB tersebut menekankan, tanggapan yang 'kuat dan mendesak' akan diperlukan untuk mengatasi kebutuhan para pengungsi dan penduduk Afghanistan.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (14/9/2021), Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) mengumumkan pada hari Senin lalu bahwa lembaga tersebut bermaksud untuk memberikan bantuan kemanusiaan mencapai hampir 64 juta dolar AS kepada rakyat Afghanistan melalui sejumlah organisasi independen, seperti badan-badan PBB dan organisasi non-pemerintah (NGO).
Dana itu akan berasal dari USAID, serta Departemen Luar Negeri (Deplu) AS.
Badan independen tersebut menyoroti bahwa AS saat ini menjadi 'donor kemanusiaan terbesar di Afghanistan', dengan hampir 330 juta dolar AS disumbangkan untuk upaya semacam itu pada tahun ini.
USAID juga telah memobilisasi Disaster Assistance Response Team (DART) yang berbasis di luar Afghanistan.
DART ini akan ditugaskan memimpin respons kemanusiaan AS untuk warga Afghanistan yang menghadapi masalah terkait konflik, bencana alam yang berulang, pandemi virus corona (Covid-19), dan masalah semacamnya.
Baca juga: Intelijen AS: Afghanistan Bukan Ancaman Utama Teroris Internasional Bagi Amerika Serikat
Seperti yang disampaikan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan pada hari Senin kemarin.
"Kami akan terus menekan Taliban untuk menghormati hak dan kebebasan perempuan serta anak perempuan, juga berkomitmen untuk melestarikan kemajuan yang telah dicapai warga Afghanistan, terutama perempuan dalam 20 tahun terakhir ini," kata Blinken.
Ia menambahkan bahwa kelompok rentan, termasuk perempuan, anak-anak, anggota komunitas LGBTQI+ dan penyandang disabilitas juga akan menerima dukungan dari AS dan komunitas internasional.
Janji AS untuk menyumbangkan hampir 64 juta dolar AS dalam bantuan tambahan ke Afghanistan ini muncul nyaris dua minggu setelah PBB meminta negara-negara anggota untuk membantu negara itu dengan memberikan persediaan makanan yang diperkirakan akan habis pada akhir September ini.
Wakil dari Perwakilan Khusus dan Koordinator Kemanusiaan di Afghanistan, Ramiz Alakbarov mengatakan bahwa penting bagi dunia untuk berkolaborasi dalam mencegah terjadinya bencana kemanusiaan berkelanjutan di negara itu.
"Sangat penting bagi kita untuk mencegah Afghanistan jatuh ke dalam bencana kemanusiaan lebih lanjut dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyediakan barang-barang penting yang dibutuhkan negara itu pada saat ini," kata Alakbarov.
Ia menambahkan, ini dilakukan untuk mendukung layanan makanan, kesehatan dan perlindungan, serta barang-barang non-makanan kepada mereka yang sangat membutuhkan.
Baca juga: Proses Evakuasi WNI dari Afghanistan Rumit, Taliban Kawal dari KBRI Hingga Bandara Kabul
Perlu diketahui, pada hari Senin kemarin Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mencatat bahwa selain stok makanan yang semakin menipis, Program Pangan Dunia (WFP) telah mengkomunikasikan bahwa sekitar 14 juta orang di negara itu tengah menghadapi bencana kelaparan.
Direktur Eksekutif WFP, David Beasley menyoroti bahwa masalah Afghanistan diperparah dengan hilangnya 40 persen panen gandumnya, serta inflasi dua kali lipat dari harga minyak goreng.